
Rupiah kok Bergerak di Situ-situ saja Sejak September?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/10). Sepanjang bulan Oktober rupiah memang berfluktuasi tetapi jika melihat sedikit lebih ke belakang, sejak September Mata Uang Garuda sebenarnya bergerak di situ-situ saja.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04% ke Rp 14.200/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah, setelahnya langsung masuk ke zona merah.
Rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.220/US$.
Kecuali di awal Oktober, ketika sempat ke atas Rp 14.300/US$, rupiah sebenarnya bergerak dalam rentang perdagangan di kisaran Rp 14.170/US$ hingga US$ 14.275/US$. Sejak awal September, rupiah selalu bergerak dalam rentang tersebut, atau disebut sideways.
Pergerakan tersebut sebenarnya menunjukkan sentimen terhadap rupiah cukup bagus, tetapi pelaku pasar juga menimbang-nimbang kemana arah dolar AS merespon tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang akan dilakukan bank sentral AS (The Fed) di tahun ini.
Tapering pasti akan dilakukan, yang pengumumannya diperkirakan akan dilakukan bulan depan, dan eksekusi pertama di bulan Desember.
Para pejabat The Fed termasuk sang ketua Jerome Powell sudah sepakat untuk melakukan tapering di tahun ini, tetapi masih ada perbedaan pendapat kapan suku bunga akan dinaikkan, apakah akhir tahun depan atau di tahun 2023.
Powell pada akhir September lalu menyatakan perekonomian saat ini masih jauh dari target tenaga kerja maksimum.
"Sebelumnya saya mengatakan kami sudah mencapai target untuk memulai tapering. Saya perjelas lagi, dalam pandangan kami, masih jauh untuk mencapai target tenaga kerja maksimum," kata Powell di hadapan Kongres AS, Selasa (28/9).
Dengan rilis data tenaga kerja AS yang mengecewakan pada Jumat pekan lalu, kapan waktu kenaikan suku bunga kembali menjadi tanda tanya lebih besar.
Apalagi, bank investasi ternama Goldman Sachs pada hari Senin lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. Di tahun ini Goldman memprediksi perekonomian AS akan tumbuh 5,6%, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 5,7%. Tetapi untuk tahun depan, produk domestik bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 4%, jauh di bawah proyeksi sebelumnya 4,4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
