Analisis

Pasar Tenaga Kerja AS Kendor, Tapering Jalan Terus!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 October 2021 16:55
Masked and unmasked pedestrians walk along the Las Vegas Strip, Tuesday, April 27, 2021, in Las Vegas. The Centers for Disease Control and Prevention eased its guidelines Tuesday on the wearing of masks outdoors, saying fully vaccinated Americans don't need to cover their faces anymore unless they are in a big crowd of strangers.(AP Photo/John Locher)
Foto: Warga AS yang telah divaksinasi beraktivitas tanpa menggunakan masker di Las Vegas. (AP/John Locher)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) merilis data tenaga kerja pada Jumat pekan lalu (8/10). Hasilnya mengecewakan!

Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE), begitu juga dengan kenaikan suku bunga.

Tetapi, meski data tenaga kerja AS mengecewakan, tidak ada perubahan outlook kebijakan The Fed. Tapering masih akan diumumkan di November atau Desember, dan pasar melihat The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell tetap berpeluang menaikkan suku bunga di tahun depan.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan September perekonomian Negeri Paman Sam mampu menyerap 194.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sangat jauh di bawah hasil survei Reuters sebanyak 500.000 tenaga kerja.

Di sisi lain, data Jumat pekan lalu menunjukkan rata-rata upah per jam menunjukkan peningkatan 0,6% dari bulan sebelumnya. Sementara jika dilihat dari September 2020, terjadi peningkatan sebesar 4,6%. Dalam 6 bulan terakhir, rata-rata upah per jam menunjukkan kenaikan 6% year-on-year (YoY). 

Kenaikan upah tersebut membuat inflasi diprediksi masih akan tinggi dalam waktu yang lebih panjang, yang bisa berdampak pada proyeksi kebijakan moneter The Fed.
Analis dari TD Securities menyatakan data NFP memang jauh di bawah ekspektasi, tetapi secara garis besar tidak akan merubah proyeksi The Fed mengumumkan tapering bulan depan.

"Data tenaga kerja yang utama jauh di bawah ekspektasi, sudah pasti. Tetapi, detail menunjukkan tidak terlalu buruk, jadi itu konsisten dengan proyeksi pengumuman tapering pada bulan November," kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang di TD Securities New York, sebagaimana dilansir CNBC International.

Hal Senada juga diungkapkan Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, yang melihat dolar AS masih cukup kuat.

"Pergerakan harga dolar menunjukkan pelaku pasar masih melihat potensi penguatan dolar AS, sebab tidak ada perubahan ekspektasi tapering akan diumumkan November atau Desember, dan kenaikan suku bunga pertama pada musim gugur 2022" kata Schamotta, dikutip CNBC International

Memang The Fed dalam rapat kebijakan moneter bulan September sudah mengkonfirmasi jika inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja saat ini sudah memungkinkan untuk melakukan tapering. Tetapi untuk kenaikan suku bunga dikatakan masih perlu kemajuan lebih lanjut.

Powell pada akhir September lalu menyatakan perekonomian saat ini masih jauh dari target tenaga kerja maksimum.

"Sebelumnya saya mengatakan kami sudah mencapai target untuk memulai tapering. Saya perjelas lagi, dalam pandangan kami, masih jauh untuk mencapai target tenaga kerja maksimum," kata Powell di hadapan Kongres AS, Selasa (28/9).

Artinya, The Fed memang akan melakukan tapering dalam waktu dekat, tetapi untuk menaikkan suku bunga masih menunggu hingga target tenaga kerja maksimum tercapai.
Tetapi, pasar masih melihat kemungkinan suku bunga dinaikkan di akhir 2022, terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group.

idrFoto: CME Group

Berdasarkan perangkat tersebut, pasar melihat ada probabilitas sebesar 40,8% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,5% pada bulan November 2022.

Meski demikian, pelaku pasar juga melihat probabilitas sebesar 35,9% The Fed akan mempertahankan suku bunganya 0,25%.

Probabilitas keduanya tidak terpaut jauh, sehingga ke depannya rilis data tenaga kerja AS akan sangat menentukan apakah The Fed pada akhirnya menaikkan suku bunga tahun depan, atau di 2023.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Tapering Pasti Terjadi, tapi Taper Tantrum Belum Tentu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular