Analisis

Masuk Rp3 T, Ini Rahasianya Kenapa Asing Jorjoran di Bursa RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 07/10/2021 09:45 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil melonjak tinggi hingga menyentuh level psikologis 6.400, investor asing tercatat melakukan beli bersih (net buy) jumbo senilai lebih dari Rp 3 triliun pada perdagangan Rabu (6/10/2021).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melejit 2,06% ke posisi 6.417,32, dengan nilai transaksi mencapai Rp 21,81 triliun dan volume perdagangan mencapai 33,29 miliar saham. Sementara, ada 323 saham naik, 199 saham merosot dan 141 saham stagnan.

Secara sektoral, indeks consumer cyclical, keuangan dan energi menjadi pendorong utama penguatan IHSG dengan apresiasi masing-masing sebesar 3,55%, 3,00% dan 1,92%.


Seiring dengan kenaikan ini, IHSG sudah tumbuh 6,49% dalam sebulan terakhir dan melesat 7,33% sepanjang tahun ini.

Investor asing pasar saham berbondong-bondong masuk ke Indonesia dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 3,42 triliun di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan beli bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 1,40 triliun.

Dengan masuknya dana asing dalam jumlah besar tersebut, dalam sebulan belakangan total net buy asing mencapai Rp 16,30 triliun di pasar reguler, sementara secara year to date (ytd) asing sudah melakukan beli bersih R 27,53 triliun.

Sementara, di kawasan bursa saham Asia, IHSG menjadi indeks dengan kenaikan paling oke pada perdagangan kemarin. Hingga 15.10 WIB, indeks Nikkei ambles 1% disusul oleh Hang Seng yang drop 0,57%.

Indeks Straits Times masih mampu bergerak di zona hijau dengan penguatan 0,44%.

Pertanyaannya, apa yang membuat asing mau ke bursa RI?

Kasus Covid-19 Melandai, Ekonomi Mulai Bergerak

Ada beberapa indikator yang perlu disimak untuk menjelaskan mengapa investor asing masuk ke bursa domestik.

Dari ranah makro, mulai melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air menimbulkan persepsi bahwa ekonomi akan perlahan pulih kembali, seiring pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) oleh pemerintah.

Kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir terus melandai. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada Rabu (6/10), kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah 1.484 kasus. Dengan demikian, total kasus mencapai 4.223.094.

Kemudian, jumlah pasien sembuh melebihi jumlah pasien positif, yakni bertambah 2.851 kasus. Secara total, kasus sembuh sebesar 4.052.300. Sementara, kasus meninggal masih bertambah 75 kasus pada Rabu sehingga total mencapai 142.413 kasus.

Vaksinasi tahap pertama saat ini sudah mencapai 95,78 juta atau setara dengan 45,99% dari total vaksinasi 208,27 juta jiwa. Lalu, vaksinasi kedua mencapai 54,44 juta atau setara dengan 26,14% dari target total. Adapun vaksinasi ketiga baru sebesar 975 ribu.

Mulai pulihnya ekonomi RI bisa dilihat dari beberapa indikator lainnya, seperti penjualan ritel di Agustus juga--kendati masih rendah--mulai meningkat yang tercermin dari Mandiri Spending Index (naik ke level 95,6). Kemudian, aktivitas manufaktur Indonesia sudah kembali ke zona ekspansi.

Aktivitas manufaktur, yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI), berada di 52,2 pada September 2021. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 43,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 50, maka artinya industriawan sedang dalam fase ekspansi.

Sektor manufaktur adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Saat sektor ini kuat, maka prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan cerah.

NEXT: Reli Saham Energi hingga Efek Window Dressing?


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat

Pages