
Saham Old Economy Bangkit! New Economy Anak Kemarin Sore

Saham CPO Kembali Berlari
Belum lagi, saham-saham produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) juga berhasil melesat akhir-akhir ini. Saham emiten sawit TP Rachmat PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), misalnya, melejit 44,35% dalam sebulan terakhir. Adapun selama 3 bulan saham ini sudah mendaki 26,95%.
Contoh lain, emiten Grup Salim PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) berhasil menanjak 37,21% dalam sebulan dan melesat 36,57% dalam 3 bulan belakangan.
Kenaikan saham CPO terjadi seiring harga CPO melesat akhir-akhir ini. Kenaikan harga minyak bumi ikut mengerek harga CPO.
Pada Rabu (6/10/2021) pukul 10:24 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 4.869/ton. Melesat 2,76% dibandingkan posisi hari sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan CPO.
Harga CPO terus berada di tren bullish. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini melonjak 9,29%. Selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai nyaris 11%.
Peningkatan permintaan membuat harga CPO terangkat. Mengutip Reuters, impor CPO India pada September 2021 mencapai 1,4 juta ton. Naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi.
"Lonjakan impor disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menurunkan bea masuk," ujar Sandeep Bajoria, CEO Sunvin Group.
Saham Teknologi 'Kehabisan Bensin'?
Berbeda nasib, indeks saham teknologi (IDXTECHNO)--yang termasuk new economy--menjadi yang paling anjlok, yakni 12,50% ke 9.442,68. Merosotnya kinerja indeks teknologi sepanjang kuartal III ini terjadi lantaran minim sentimen positif.
IPO e-commerce yang dimiliki Grup Emtek BUKA pada 6 Agustus 2021, yang mulanya dianggap bakal turut mendorong kinerja IDXTECHNO, malah berjalan kurang mulus. Selama sebulan belakangan saham BUKA merosot 0,59%, sementara sejak debut saham BUKA malah turun 1,18% ke Rp 840/saham.
Saham sang induk BUKA, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) pun ambles dalam, yakni 33,13%, selama kuartal III 2021.
Kemudian, saham DCII dan sang 'saudara' PT Indointernet Tbk (EDGE) juga ambles masing-masing 22,88% dan 34,29%. Padahal, saham DCII sempat menjadi primadona di antara saham teknologi lainnya, seiring dengan banyaknya sentimen--termasuk, masuknya Anthoni Salim ke saham tersebut beberapa waktu lalu.
Amblesnya saham BUKA, EMTK, dan DCII, tentu memperberat gerak sektor teknologi lantaran ketiganya memiliki nilai kapitalisasi pasar (market cap) yang jumbo. Saham BUKA memiliki market cap Rp 86,57 triliun, EMTK mencapai Rp 101,89 triliun, dan DCII sebesar Rp 108,46 triliun.
Saham Energi Jadi Pendorong IHSG hingga Akhir Tahun?
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhir ini terbilang ciamik, didorong oleh masuknya investor asing dan melesatnya saham-saham big cap, terutama perbankan.
Pada Rabu (6/10) siang ini, pukul 13.45 WIB, misalnya, IHSG melonjak tinggi hingga menyentuh level psikologis 6.400 sebesar 2,34% ke 6.435,71. Investor asing membukukan beli bersih di pasar reguler Rp 2,27 triliun. Dengan ini, dalam sebulan IHSG naik 6,78%, sementara secara year to date (ytd) melesat 7,61%.
Dengan berkaca pada kinerja indeks saham sektor energi di atas, beserta saham CPO, sektor tersebut bisa menjadi pendorong IHSG tahun ini di tengah adanya krisis energi yang melanda sejumlah negara, termasuk China, yang turut membuat harga batu bara, minyak, dan gas melambung tinggi.
Namun, perlu dicatat, lantaran porsi market cap indeks sektor keuangan tertinggi di bursa, mencapai 39,40%, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh kinerja saham-saham big cap yang juga masuk ke sektor finansial macam PT Bank Central Asia Tbk/ BBCA (market cap Tp 884,50 triliun) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (market cap Rp 625,94 triliun).
Selain sektor finansial, sektor konsumer non-siklikal juga memiliki porsi market cap terbesar kedua, yakni 13,77%.
Dengan demikian, saham-saham sektor non-siklikal dengan market cap terjumbo, seperti produsen produk perawatan diri PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 162,90 triliun), produsen rokok PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 126,2 triliun), emiten poultry PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (102,90 triliun), juga akan turut berkontribusi besar terhadap arah IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)[Gambas:Video CNBC]
