Newsletter

Wall Street Tinggi, Batu Bara Reli, Bagaimana IHSG Hari Ini?

Tri Putra, CNBC Indonesia
06 October 2021 06:46
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial domestik ditutup variatif kemarin. Harga saham rontok, tetapi rupiah dan obligasi pemerintah menguat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 0,86% ke level 6.288,05 pada perdagangan kemarin.

Koreksi sedalam itu menyusul penguatan tajam hampir 2% pada perdagangan sebelumnya dan merahnya bursa saham Asia serta Wall Street.

Pemicu koreksi tajam IHSG adalah adanya aksi profit taking terutama untuk saham-saham dari sektor pertambangan batu bara.

Dalam dua pekan terakhir IHSG berhasil tembus ke dua level psikologis sekaligus yakni 6.200 dan 6.300 akibat penguatan indeks sektoral teknologi.

Beralih ke obligasi pemerintah, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat. Mayoritas investor di pasar obligasi pemerintah kembali ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan kembali melemahnya imbal hasil (yield) SBN acuan.

Melansir data Refinitivyield SBN bertenor 1 tahun menguat 6,9 basis poin (bp) ke level 3,244%.

Kemarin pemerintah juga melakukan lelang Sukuk Negara. Total penawaran yang masuk mencapai Rp 46 triliun. Tidak jauh dari penawaran masuk pada lelang sebelumnya.

Namun target indikatif dipatok lebih rendah yakni di Rp 5 triliun saja. Hal ini dikarenakan adanya pendapatan negara yang membaik.

Selanjutnya rupiah juga menguat di hadapan greenback. Pada Selasa (5/10/2021) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.248 di pasar spot atau menguat 17 poin, setara dengan 0,12% dibandingkan dengan penutupan perdagangan Senin kemarin.

 

Halaman Selanjutnya --> Wall Street Rebound

Setelah mengalami koreksi tajam di awal pekan, Wall Street akhirnya ditutup dengan penguatan semalam. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,92%. Sementara itu S&P 500 naik 1,05% dan Nasdaq Composite melesat 1,25%.

Saham Netflix menguat hingga 2%, sementara saham Apple dan Alphabet (induk usaha Google) kompak melompat hingga 1%. Sementara itu, saham Facebook naik 1% setelah kemarin anjlok hingga 5% karena gangguan layanan di tingkat global.

Saham yang terkait dengan pemulihan ekonomi seperti peritel dan perbankan juga menguat. Demikian juga dengan saham energi setelah harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) bercokol di level US$ 78.25/barel. Saham ExxonMobil dan Chevron lompat 1% lebih.

Pada Senin, Dow Jones ditutup ambles lebih dari 300 poin, S&P 500 drop 1,3% dan Nasdaq memimpin pelemahan dengan koreksi 2,14%. Saham teknologi terkoreksi menyusul kenaikan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-ke level 1,5%.

"Aksi jual dipicu juga oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun... kenaikan inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah," tulis Mark Haefele, Direktur Investasi UBS, seperti dikutip CNBC International.

Paceklik energi dan persoalan fiskal di Kongres AS juga memperburuk sentimen. "Namun kami melihat kekhawatiran demikian terlalu berlebihan atau sepertinya akan hilang segera, dan kami berharap reli saham akan kembali ke jalur yang tepat."

Pasar mengalami September yang penuh tekanan akibat kekhawatiran inflasi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan kenaikan suku bunga acuan. Indeks S&P 500 drop 4,8% bulan lalu, atau terburuk sejak Maret 2020 dan menghentikan reli bulanan selama 7 bulan beruntun.

Indeks acuan utama bursa AS tersebut kini terpaut 5,4% dari rekor tertingginya yang dicapai di awal September, tetapi sepanjang tahun berjalan masih terhitung melesat 14,5%. Masih banyak investor yang mempercayai outlook bursa saham masih akan kuat.

Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Apabila melihat Wall Street yang menguat tadi malam, ini menjadi sentimen yang positif untuk bursa saham Asia, IHSG tak terkecuali apalagi setelah mengalami koreksi tajam kemarin. Diharapkan dengan katalis positif yang datang dari barat IHSG mampu rebound pada perdagangan hari ini.

Selanjutnya sentimen yang masih perlu terus dipantau oleh investor adalah pergerakan harga komoditas energi. Hingga saat ini, harga batu bara dan minyak mentah masih terus menguat. Terakhir harga batu bara acuan global melonjak 12,45% dalam sehari ke US$ 280/ton.

Ini merupakan level tertingginya sepanjang masa. Penguatan harga batu bara yang tajam diakibatkan oleh penipisan pasokan di India dan China serta karena kenaikan harga gas alam yang membuat si batu hitam kembali dilirik.

Di sisi lain harga minyak mentah juga ikut mengalami kenaikan. Harga minyak mentah Brent naik 1,6% ke level US$ 82,56/barel. Tidak menutup kemungkinan bahwa harga minyak bisa tembus US$ 85/barel.

Kenaikan harga minyak mentah sendiri diakibatkan oleh kebijakan OPEC dan para kartel lainnya yang menahan produksi dan baru akan menaikkannnya secara gradual alias bertahap.

Sebagai negara eksportir komoditas, fenomena komoditi boom akan sangat menguntungkan terutama untuk ekspor, serta devisa negara sehingga bisa menjaga stabillitas rupiah juga.

Meskipun harga saham batu bara sudah terkena aksi profit taking, tetapi dengan kelanjutan penguatan harga si batu hitam ini maka peluang untuk kembali rebound juga masih terbuka.

Halaman Selanjutnya --> Simak Rilis Data dan Indikator Ekonomi Berikut

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis Data Cadangan Devisa Korea Selatan periode September 2021 (06.00 WIB)
  • Rilis Data Inflasi Korea Selatan periode September 2021 (06.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2021 YoY)

7,07%

Inflasi (September 2021, YoY)

1,60%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (September 2021)

3,50%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)

-5,82% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2021)

-0,80% PDB

Cadangan Devisa (Agustus 2021)

US% 144,78 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular