Dolar Nggak Bisa Terlalu Kuat, Amerika Sendiri yang Rugi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 October 2021 09:14
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Laju dolar AS memang sudah begitu cepat sehingga akan datang waktunya untuk 'terpeleset'.

Pada Senin (4/10/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.280 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,17% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sepertinya investor mulai melakukan ambil untung (profit taking) terhadap dolar AS. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 2,12% dalam sebulan terakhir.

Sejak akhir 2020 (year-to-date), indeks ini menguat hingga lebih dari 4,5%. Pada 29 September 2021, Dollar Index menyentuh posisi tertinggi sepanjang tahun ini.

Buat Negeri Paman Sam sendiri, keperkasaan dolar AS bisa berdampak negatif. Penguatan dolar AS akan membuat produk mereka jadi mahal bagi konsumen di negara lain. Kinerja ekspor AS akan terpukul. Selain itu, keuntungan yang didapat perusahaan multinasional menjadi lebih sedikit kala dikonversikan ke dolar AS.

"Jadi, penguatan dolar AS saat ini akan menciptakan badai yang sempurna (perfect storm). Dampaknya akan ke mana-mana," ujar Simon Harvey, Senior FX Market Analyst di Monex Europe yang berbasis di London (Inggris), seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Data Tenaga Kerja Jadi Penentu Nasib Dolar AS

Nasib dolar AS pekan ini akan ditentukan ole rilis data tenaga kerja. Pada Jumat malam waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics akan mengumumkan data penciptaan lapangan kerja non-pertanian dan tingkat pengangguran periode September 2021.

Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan perekonomian AS menciptakan 460.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) bulan lalu. Naik dibandingkan Agustus 2021 yang sebanyak 235.000. Sementara tingkat pengangguran diperkirakan turun jadi 5,1% dari 5,2%.

Pasar tenaga kerja yang semakin membaik akan membuat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kian yakin untuk memulai pengetatan kebijakan moneter. Pasar memperkirakan The Fed akan mulai mengurangi pembelian surat berharga atau tapering pada November 2021 alias bulan depan. Kemudian pada kuartal III-2022, suku bunga acuan akan mulai dinaikkan.

Kebijakan moneter yang mengetat ini akan menguntungkan dolar AS. Oleh karena itu, banyak yang memperkirakan dolar AS masih akan menjalani tren penguatan setidaknya sampai tahun depan.

Soceiete Generale dalam risetnya memperkirakan Dollar Index mash bisa menguat 10% dari level yang sekarang. Sementara Mazen Issa, Senior FX Strategist di TD Securities menilai kenaikan suku bunga acuan akan membuat dolar AS semakin menarik.

"Dolar AS sudah menunjukkan kemampuannya untuk melawan berbagai proyeksi. Sepertinya sulit untuk membendung dolar AS dalam waktu dekat," kata Issa, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular