
Ada yang Cuan, 11 yang Boncos! Ini Rapor 38 Saham IPO 2021

12 Saham IPO dengan Kinerja Kurang Oke
No | Kode Ticker | Emiten | Harga (Rp) | % Sejak IPO | Tanggal IPO |
27 | BUKA | PT Bukalapak.com Tbk | 850 | 0.00 | 06 Ags 2021 |
28 | RSGK | PT Kedoya Adyaraya Tbk | 1665 | -3.20 | 8-Sep-21 |
29 | GPSO | PT Geoprima Solusi Tbk | 168 | -6.67 | 6-Sep-21 |
30 | WMUU | PT Widodo Makmur Unggas Tbk | 165 | -8.33 | 2-Feb-21 |
31 | HAIS | PT Hasnur Internasional Shipping Tbk | 262 | -12.67 | 1-Sep-21 |
32 | LFLO | PT Imago Mulia Persada Tbk | 83 | -17.00 | 7-Apr-21 |
33 | GTSI | PT GTS Internasional Tbk | 80 | -20.00 | 8-Sep-21 |
34 | NICL | PT PAM Mineral Tbk | 78 | -22.00 | 9-Jul-21 |
35 | ARCI | PT Archi Indonesia Tbk | 560 | -25.33 | 28-Jun-21 |
36 | UNIQ | PT Ulima Nitra Tbk | 88 | -25.42 | 8-Mar-21 |
37 | LUCY | PT Lima Dua Lima Tiga Tbk | 57 | -43.00 | 05 Mei 2021 |
38 | FIMP | PT Fimperkasa Utama Tbk | 46 | -63.20 | 9-Apr-21 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 1 Oktober 2021
Saham BUKA Stagnan di Harga IPO
Sementara, saham e-commerce yang digadang-gadang akan mendapatkan kesuksesan instan pasca-IPO 6 Agustus lalu malah kurang tenaga alias mager (malas gerak). Pada Jumat pekan lalu, saham emiten yang dimiliki Grup Emtek ini stagnan di harga IPO, yakni Rp 850/saham.
Kabar teranyar, saham BUKA langsung masuk 5 indeks saham acuan sekaligus dan mendepak saham penghuni sebelumnya.
Berdasarkan data evaluasi fast entry yang sudah dilakukan oleh otoritas BEI, saham BUKA berhasil masuk indeks IDX30, LQ45, IDX80, JII (Jakarta Islamic Index) dan JII70.
Saham BUKA menggeser saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Link Net Tbk (LINK), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ).
Terbaru, BUKA mencatat pertumbuhan 56% pada Total Processing Value (TPV) pada kuartal II-2021 senilai Rp 29,4 triliun. Sementara itu untuk pada semester I-2021 TPV tercatat tumbuh 54% senilai Rp 56,7 triliun.
Sementara, pendapatan Bukalapak pada kuartal II 2021 tumbuh sebesar 37% dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 440 miliar, dan pendapatan semester I tumbuh 35% menjadi Rp 864 miliar.
Kemudian, pada paruh pertama 2021, perseroan berhasil mengurangi kerugian bersihnya sebesar 25,7% menjadi Rp 763 miliar dari Rp 1,03 triliun.
Menurut BEI, pada tahun ini, emiten yang menghimpun pendanaan terbesar ialah unicorn e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)--yang melantai di BEI pada 6 Agustus 2021--yang berhasil meraup dana sebesar Rp 21,90 triliun.
Sementara, pihak BEI mencatat ada sebanyak 23 perusahaan yang berada dalam pipeline IPO sampai dengan 8 September 2021.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, dari 23 perusahaan tersebut terdapat 1 perusahaan di sektor teknologi dan 1 perusahaan di sektor energi baru terbarukan (EBT).
11 Saham Ambles: RS Kedoya Emiten Tommy, sampai Grup Rajawali
Dari 11 saham yang merosot, ada sejumlah saham yang menarik disorot. Pertama, saham pengelola RS milik Hungkang Sutedja, anak taipan properti The Ning King, RSGK, yang melorot 3,20% ke Rp 1.665/saham. RSGK melakukan debut di bursa pada 8 September lalu dengan harga IPO Rp 1.720/saham. Saham SRGK sudah kini sudah dibeli oleh Grup Emtek.
Kedua, saham emiten milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, GTSI, yang anjlok hingga 20,00% dari harga IPO Rp 100/saham. Saham GTSI memang sudah 'loyo' sejak hari pertama, dengan langsung menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% selama 3 hari beruntun.
Selama 8 hari pertama sejak IPO, saham GTSI bahkan tidak pernah mencicipi zona hijau, dengan 7 kali merosot dan sekali stagnan. Sejak debut asing juga melakukan jual bersih Rp 524,50 juta di saham ini.
Ketiga, saham emiten emas Grup Rajawali milik pengusaha Peter Sondakh, ARCI, yang terjungkal 25,33% ke Rp 560/saham. Kinerja saham ARCI memang kurang bergairah sejak debut pada 28 Juni 2021, kendati mencatatkan rerata nilai transaksi harian di rentang Rp 5-10 miliar.
Keempat, ada saham emiten pengelola resto-bar Lucy In The Sky, LUCY, yang ambles sangat dalam, yakni mencapai 43,00% ke Rp 57/saham. Saham emiten yang Komisaris Independennya artis Wulan Guritno ini mematok harga IPO Rp 100/saham pada 5 Mei silam.
Kelima, ada saham emiten jasa konstruksi FIMP, yang IPO pada 9 April lalu, yang berada di posisi buncit dengan penurunan harga mencapai 63,20%. Saat ini harga saham FIMP--yang tercatat di papan akselerasi--berada di bawah level gocap atau Rp 50/saham, yakni Rp 46/saham.
Asal tahu saja, BEI mencatat ada sebanyak 23 perusahaan yang berada dalam pipeline IPO sampai dengan 8 September 2021.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, dari 23 perusahaan tersebut terdapat 1 perusahaan di sektor teknologi dan 1 perusahaan di sektor energi baru terbarukan (EBT).
Sampai dengan Jumat (1/10), sebanyak 38 emiten mencatatkan saham di Bursa. Emiten yang menghimpun pendanaan terbesar ialah BUKA yang berhasil meraup dana sebesar Rp 21,90 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
