
Ada yang Cuan, 11 yang Boncos! Ini Rapor 38 Saham IPO 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Tercatat ada 38 perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) hingga akhir kuartal III tahun ini atau sampai akhir September 2021.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dari ke-38 saham perusahaan tersebut 26 saham berhasil terkerek naik, satu saham stagnan, dan 11 sisanya malah ambles di bawah harga IPO.
Lantas, saham apa saja yang berhasil melesat dan saham apa yang malah melorot sejak debut di bursa?
Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan membahas secara ringkas kinerja 38 saham yang melantai di bursa sepanjang 2021.
Laju 26 Saham Melesat Sejak IPO per Kuartal III 2021
No | Kode Ticker | Emiten | Harga (Rp) | % Sejak IPO | Tanggal IPO |
1 | DCII | PT DCI Indonesia Tbk | 45900 | 10828.57 | 6-Jan-21 |
2 | BANK | PT Bank Aladin Syariah Tbk | 2950 | 2764.08 | 1-Feb-21 |
3 | BEBS | PT Berkah Beton Sadaya Tbk | 1505 | 1405.00 | 10-Mar-21 |
4 | UFOE | PT Damai Sejahtera Abadi Tbk | 895 | 786.14 | 1-Feb-21 |
5 | SNLK | PT Sunter Lakeside Hotel Tbk. | 995 | 563.33 | 29-Mar-21 |
6 | UVCR | PT Trimegah Karya Pratama Tbk. | 650 | 550.00 | 27-Jul-21 |
7 | DGNS | PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk | 800 | 300.00 | 15-Jan-21 |
8 | EDGE | PT Indointernet Tbk. | 26375 | 257.63 | 8-Feb-21 |
9 | TAPG | PT Triputra Agro Persada Tbk. | 700 | 250.00 | 12-Apr-21 |
10 | BMHS | PT Bundamedik Tbk | 1075 | 216.18 | 6-Jul-21 |
11 | SBMA | PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk | 448 | 148.89 | 8-Sep-21 |
12 | RUNS | PT Global Sukses Solusi Tbk | 620 | 144.09 | 8-Sep-21 |
13 | TRUE | PT Triniti Dinamik Tbk | 220 | 120.00 | 10-Jun-21 |
14 | ZYRX | PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk | 510 | 104.00 | 30-Mar-21 |
15 | FLMC | PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk | 338 | 69.00 | 8-Jul-21 |
16 | LABA | PT Ladangbaja Murni Tbk | 210 | 68.00 | 10-Jun-21 |
17 | FAPA | PT FAP Agri Tbk | 2980 | 61.96 | 4-Jan-21 |
18 | IDEA | PT Idea Indonesia Akademi Tbk | 220 | 57.14 | 9-Sep-21 |
19 | MGLV | PT Panca Anugrah Wisesa Tbk | 206 | 52.59 | 8-Jun-21 |
20 | CMNT | PT Cemindo Gemilang Tbk | 960 | 41.18 | 8-Sep-21 |
21 | OILS | PT Indo Oil Perkasa Tbk | 380 | 40.74 | 6-Sep-21 |
22 | IPAC | PT Era Graharealty Tbk | 162 | 35.00 | 30-Jun-21 |
23 | NPGF | PT Nusa Palapa Gemilang Tbk | 127 | 27.00 | 14-Apr-21 |
24 | MCOL | PT Prima Andalan Mandiri Tbk | 1695 | 19.37 | 7-Sep-21 |
25 | HOPE | PT Harapan Duta Pertiwi Tbk. | 125 | 5.93 | 24 Mei 2021 |
26 | MASB | PT Bank Multiarta Sentosa Tbk | 3440 | 2.38 | 30-Jun-21 |
Mengacu pada data di atas, saham emiten pusat data (data center) milik pengusaha Toto Sugiri DCII menjadi pemuncak 'klasemen' dengan kenaikan harga yang fantastis.
Saham DCII, yang IPO pada 6 Januari 2021 di harga Rp 420/saham, telah 'meroket ke angkasa' dengan persentase 10.828,57% ke posisi Rp 45.900/saham.
Tak pelak lagi, saat ini saham DCII menjadi saham dengan harga tertinggi di bursa, melampaui harga saham bank PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang sebesar Rp 33.800/saham dan produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang senilai Rp 32.050/saham.
Bahkan, saham DCII sempat melonjak tinggi sampai 14.000% dan menyentuh harga Rp 59.000/saham sebelum disuspensi (penghentian saham sementara) oleh bursa pada 16 Juni lalu.
Seiring dengan lonjakan harga sahamnya, nilai kapitalisasi pasar (market cap) saham emiten yang sebagian sahamnya dipegang oleh Bos Indofood Anthoni Salim ini pun melambung menjadi Rp 109,41 triliun. Saat ini, saham DCII pun lantas masuk ke jajaran saham big cap (saham dengan market cap di atas Rp 100 triliun).
Kenaikan saham DCII memang terjadi sejak awal debut seiring ramai diborong investor pada awal tahun. Kemudian, saham DCII semakin 'menggila' setelah pemilik Grup Salim Anthoni Salim masuk ke saham tersebut awal Juni lalu.
Mengenai kinerja, laba bersih DCI Indonesia naik 35,09% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 110,62 miliar pada semester I 2021 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 81,89 miliar.
Seiring dengan meningkatnya laba bersih, pendapatan usaha DCI Indonesia juga tumbuh 3,68% secara yoy dari Rp 361,93 miliar pada triwulan II 2020 menjadi Rp 375,23 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Mengacu pemegang saham efektif DCII sampai 31 Agustus 2021, saham ini dimiliki oleh Otto Toto Sugiri sebesar 29,90%, Marina Budiman 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11%. Ketiganya merupakan pemegang saham pengendali.
Sementara, Anthoni Salim tercatat menggenggam kepemilikan 11,12%. Sisanya, pemegang saham publik sebesar 22,36%.
Di posisi kedua, ada saham bank syariah BANK yang melonjak 2.764,08% ke posisi Rp 2.950/saham, berdasarkan penutupan pasar Jumat (1/10) pekan lalu.
Kenaikan saham bank yang rajin gonta-ganti nama ini terjadi sejak debut pada 1 Februari 2021.
Adapun sejumlah sentimen pendorongnya, mulai dari narasi bank digital dan konsolidasi perbankan bermodal mini, isu masuknya induk Shopee Sea Group, hingga kolaborasi BANK dengan pengelola Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan perusahaan telemedicine Halodoc.
Kabar teranyar, pada Kamis (30/9) pekan lalu, ada juga transaksi nego jumbo senilai Rp 6,4 triliun di saham BANK.
Sebanyak total 21 juta lot (2,1 miliar) saham BANK ditransaksikan di pasar negosiasi di mana sebagian besar dilakukan di harga Rp 3.000/unit oleh investor lokal yang menggunakan broker PT BNC Sekuritas (GA) dan asing yang menjual melalui PT NH Korindo Sekuritas (XA).
Selain itu investor lokal yang menggunakan broker PT Aldiracitra Sekuritas (PP) membeli dari investor lokal yang menggunakan broker PT Sinarmas Sekuritas (DH) di harga Rp 2.940/unit.
NEXT: Saham BUKA Masih 'Mager'
12 Saham IPO dengan Kinerja Kurang Oke
No | Kode Ticker | Emiten | Harga (Rp) | % Sejak IPO | Tanggal IPO |
27 | BUKA | PT Bukalapak.com Tbk | 850 | 0.00 | 06 Ags 2021 |
28 | RSGK | PT Kedoya Adyaraya Tbk | 1665 | -3.20 | 8-Sep-21 |
29 | GPSO | PT Geoprima Solusi Tbk | 168 | -6.67 | 6-Sep-21 |
30 | WMUU | PT Widodo Makmur Unggas Tbk | 165 | -8.33 | 2-Feb-21 |
31 | HAIS | PT Hasnur Internasional Shipping Tbk | 262 | -12.67 | 1-Sep-21 |
32 | LFLO | PT Imago Mulia Persada Tbk | 83 | -17.00 | 7-Apr-21 |
33 | GTSI | PT GTS Internasional Tbk | 80 | -20.00 | 8-Sep-21 |
34 | NICL | PT PAM Mineral Tbk | 78 | -22.00 | 9-Jul-21 |
35 | ARCI | PT Archi Indonesia Tbk | 560 | -25.33 | 28-Jun-21 |
36 | UNIQ | PT Ulima Nitra Tbk | 88 | -25.42 | 8-Mar-21 |
37 | LUCY | PT Lima Dua Lima Tiga Tbk | 57 | -43.00 | 05 Mei 2021 |
38 | FIMP | PT Fimperkasa Utama Tbk | 46 | -63.20 | 9-Apr-21 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 1 Oktober 2021
Saham BUKA Stagnan di Harga IPO
Sementara, saham e-commerce yang digadang-gadang akan mendapatkan kesuksesan instan pasca-IPO 6 Agustus lalu malah kurang tenaga alias mager (malas gerak). Pada Jumat pekan lalu, saham emiten yang dimiliki Grup Emtek ini stagnan di harga IPO, yakni Rp 850/saham.
Kabar teranyar, saham BUKA langsung masuk 5 indeks saham acuan sekaligus dan mendepak saham penghuni sebelumnya.
Berdasarkan data evaluasi fast entry yang sudah dilakukan oleh otoritas BEI, saham BUKA berhasil masuk indeks IDX30, LQ45, IDX80, JII (Jakarta Islamic Index) dan JII70.
Saham BUKA menggeser saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Link Net Tbk (LINK), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Ultrajaya Milk Tbk (ULTJ).
Terbaru, BUKA mencatat pertumbuhan 56% pada Total Processing Value (TPV) pada kuartal II-2021 senilai Rp 29,4 triliun. Sementara itu untuk pada semester I-2021 TPV tercatat tumbuh 54% senilai Rp 56,7 triliun.
Sementara, pendapatan Bukalapak pada kuartal II 2021 tumbuh sebesar 37% dari tahun sebelumnya, menjadi Rp 440 miliar, dan pendapatan semester I tumbuh 35% menjadi Rp 864 miliar.
Kemudian, pada paruh pertama 2021, perseroan berhasil mengurangi kerugian bersihnya sebesar 25,7% menjadi Rp 763 miliar dari Rp 1,03 triliun.
Menurut BEI, pada tahun ini, emiten yang menghimpun pendanaan terbesar ialah unicorn e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)--yang melantai di BEI pada 6 Agustus 2021--yang berhasil meraup dana sebesar Rp 21,90 triliun.
Sementara, pihak BEI mencatat ada sebanyak 23 perusahaan yang berada dalam pipeline IPO sampai dengan 8 September 2021.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, dari 23 perusahaan tersebut terdapat 1 perusahaan di sektor teknologi dan 1 perusahaan di sektor energi baru terbarukan (EBT).
11 Saham Ambles: RS Kedoya Emiten Tommy, sampai Grup Rajawali
Dari 11 saham yang merosot, ada sejumlah saham yang menarik disorot. Pertama, saham pengelola RS milik Hungkang Sutedja, anak taipan properti The Ning King, RSGK, yang melorot 3,20% ke Rp 1.665/saham. RSGK melakukan debut di bursa pada 8 September lalu dengan harga IPO Rp 1.720/saham. Saham SRGK sudah kini sudah dibeli oleh Grup Emtek.
Kedua, saham emiten milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, GTSI, yang anjlok hingga 20,00% dari harga IPO Rp 100/saham. Saham GTSI memang sudah 'loyo' sejak hari pertama, dengan langsung menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% selama 3 hari beruntun.
Selama 8 hari pertama sejak IPO, saham GTSI bahkan tidak pernah mencicipi zona hijau, dengan 7 kali merosot dan sekali stagnan. Sejak debut asing juga melakukan jual bersih Rp 524,50 juta di saham ini.
Ketiga, saham emiten emas Grup Rajawali milik pengusaha Peter Sondakh, ARCI, yang terjungkal 25,33% ke Rp 560/saham. Kinerja saham ARCI memang kurang bergairah sejak debut pada 28 Juni 2021, kendati mencatatkan rerata nilai transaksi harian di rentang Rp 5-10 miliar.
Keempat, ada saham emiten pengelola resto-bar Lucy In The Sky, LUCY, yang ambles sangat dalam, yakni mencapai 43,00% ke Rp 57/saham. Saham emiten yang Komisaris Independennya artis Wulan Guritno ini mematok harga IPO Rp 100/saham pada 5 Mei silam.
Kelima, ada saham emiten jasa konstruksi FIMP, yang IPO pada 9 April lalu, yang berada di posisi buncit dengan penurunan harga mencapai 63,20%. Saat ini harga saham FIMP--yang tercatat di papan akselerasi--berada di bawah level gocap atau Rp 50/saham, yakni Rp 46/saham.
Asal tahu saja, BEI mencatat ada sebanyak 23 perusahaan yang berada dalam pipeline IPO sampai dengan 8 September 2021.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, dari 23 perusahaan tersebut terdapat 1 perusahaan di sektor teknologi dan 1 perusahaan di sektor energi baru terbarukan (EBT).
Sampai dengan Jumat (1/10), sebanyak 38 emiten mencatatkan saham di Bursa. Emiten yang menghimpun pendanaan terbesar ialah BUKA yang berhasil meraup dana sebesar Rp 21,90 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan Ribuan Persen! Ini Klasemen Sementara Saham IPO 2022
