Tak Perlu Ngutang! Deretan Harta Karun Ini Bikin RI Kaya Raya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Sejumlah komoditas, mulai dari tambang hingga pertanian, sudah sejak lama menjadi andalan ekspor Indonesia.
Tidak hanya batu bara, nikel, ataupun sawit yang biasa didengar, Indonesia juga masih memiliki deretan komoditas andalan lainnya. Bahkan, Ibu Pertiwi mengandung 'harta karun' terpendam super langka yang belum digarap sama sekali.
Sayangnya, sejauh ini, Indonesia masih nyaman menjual tambang mentah ke negara luar ketimbang diolah untuk menambah nilai jual sehingga hasil tambang Indonesia yang dijual tidak memiliki nilai yang besar.
Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun beberapa kali sempat menginstruksikan kabinetnya untuk tidak lagi menjual "tanah air" alias komoditas mentah, melainkan harus bernilai tambah alias dilakukan proses hilirisasi terlebih dahulu sebelum dijual atau diekspor keluar negeri.
Berikut ini daftar 'harta karun' potensial yang bisa membuat RI kaya-raya.
1. Batu Bara
Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, Indonesia merupakan pemilik cadangan batu bara terbesar ketujuh di dunia yakni mencapai 34,87 miliar ton, status hingga akhir 2020.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), status per Juli 2020, jumlah sumber daya batu bara RI mencapai 148,7 miliar ton dan cadangan 39,56 miliar ton.
Tahun ini produksi batu bara Indonesia ditargetkan mencapai 625 juta ton, namun sekitar seperempatnya digunakan di dalam negeri, mayoritas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan selebihnya diekspor.
Pemerintah kini mendorong hilirisasi batu bara, antara lain berupa gasifikasi batu bara yakni mengubah batu bara kalori rendah menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan LPG, lalu methanol, kokas, petrokimia, dan lainnya.
2. Nikel
Indonesia merupakan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", Indonesia disebut memiliki cadangan logam nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni.
Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.
Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
Memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, membuat Indonesia menjadi incaran banyak pihak asing. Pasalnya, bijih nikel bisa diolah menjadi baterai untuk kendaraan listrik hingga bahan baku kendaraan listrik itu sendiri.
Nilai tambahnya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pemaparan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana pada webinar awal bulan ini, pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonit) menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 11,4x. Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4x.
Kemudian jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5x dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7x.
Sementara bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1x. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7x.
Selanjutnya, jika diproses menjadi precursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6x, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6x, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6x.
3. Tembaga
Indonesia merupakan pemilik "harta karun" tembaga yang melimpah, bahkan menduduki peringkat ketujuh terbesar di dunia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengolah data USGS 2020, Indonesia memiliki cadangan logam tembaga (Cu) sebesar 28 juta ton atau menguasai 3% dari total cadangan dunia yang mencapai 871 juta ton Cu.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2020, total cadangan bijih tembaga Indonesia mencapai 2,63 miliar ton dan sumber daya sebesar 15,08 miliar ton. Adapun produksi bijih tembaga sebesar 100 juta ton per tahun.
Dengan asumsi produksi sebesar 100 juta ton per tahun, cadangan bijih tembaga RI bisa mencapai 25 tahun atau hingga 2045. Namun ini bisa meningkat ketika eksplorasi terus dilanjutkan, sehingga jumlah cadangan terbukti semakin bertambah.
Perlu diketahui, tembaga sangat berperan besar dalam komponen baterai hingga mobil listrik. Berdasarkan data Asosiasi Tembaga Dunia atau International Copper Association, kebutuhan tembaga dunia untuk kendaraan listrik diperkirakan akan melonjak hingga 1,74 juta ton pada 2027 dari 185 ribu ton pada 2017.
Lonjakan kebutuhan tembaga dunia ini tak lain karena perkiraan meningkatnya pemanfaatan kendaraan listrik menjadi 27 juta unit kendaraan listrik pada 2027, naik dari 3 juta unit pada 2017. Selain itu, setiap unit peralatan pengisi daya (charger) kendaraan listrik ini juga akan meningkatkan kebutuhan tembaga sekitar 0,7 kg atau 8 kg untuk fast chargers.
4. Timah
Berdasarkan data Peluang Investasi Timah Indonesia 2020, cadangan timah Indonesia merupakan terbesar ke-2 di dunia, yakni 17% dari total cadangan timah dunia, setelah China yang menguasai 23% cadangan timah dunia.
Setelah Indonesia, ada Brazil yang menguasai 15% cadangan timah dunia, lalu Australia 9%, dan Bolivia 8% dari cadangan timah dunia.
Total cadangan timah dunia pada awal 2020 tercatat sebesar 4,74 juta ton logam timah, di mana Indonesia tercatat sebesar 800 ribu ton logam.
Sementara dari sisi sumber daya, sumber daya timah RI tercatat mencapai sekitar 2,88 juta ton logam dan 10,78 miliar ton bijih timah.
Tak hanya menguasai cadangan terbesar kedua di dunia, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar kedua yakni 22%, setelah China yang mencapai 47% dari produksi dunia.
(adf/adf)