Internasional

Janet Yellen Warning Bencana Ekonomi AS, Ini Biang Keladinya

Thea Fathanah Arbar & Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
29 September 2021 12:45
Janet Yellen
Foto: reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan kongres akan bencana ekonomi yang hampir pasti akan datang ke Paman Sam. Dalam suratnya ke Ketua DPR Nancy Pelosy, ia berujar itu bahkan akan datang kurang dari tiga minggu ke depan.

Ini bukan tanpa sebab. Anggaran keuangan pemerintah Presiden Joe Biden kini seret.

Jika tidak ada "ketok palu" persetujuan dari kongres 1 Oktober nanti, dipastikan 18 Oktober nanti pemerintah federal akan kehabisan dana untuk memenuhi semua kewajibannya termasuk jaminan sosial, tunjangan kesehatan masyarakat, pembayaran bunga utang dan kewajiban lain.

Dalam hitungan hari, pemerintahan AS akan mengalami shutdown atau penutupan sementara akibat kehabisan anggaran. Tidak sekedar shutdown, Negara Adikuasa itu dikatakan juga terancam mengalami krisis finansial.

Krisis bisa terjadi akibat gagal bayar (default) pemerintah, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini akan memicu kenaikan tajam suku bunga, penurunan tajam bursa saham dan gejolak finansial.

"Kami sekarang memperkirakan bahwa Departemen Keuangan kemungkinan akan kehabisan langkah-langkah luar biasa jika Kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada 18 Oktober," tegasnya mengutip CNBC International, Rabu (29/9/2021)

"Anda akan mengharapkan untuk melihat lonjakan suku bunga jika plafon utang tidak dinaikkan."

"Saya pikir akan ada krisis keuangan dan bencana. Benar sekali, memang benar pembayaran bunga utang pemerintah akan meningkat."

RUU Tambah Utang Diblokir

Sebenarnya pekan lalu, pemerintah AS bisa bernafas sedikit lega. Angin datang kala DPR AS menyetujui RUU pendanaan pemerintah dan penangguhan aturan pembatasan pinjaman negara ke akhir 2022.

Namun, karena kosep dua kamar dalam politik AS, RUU ini harus dibawa ke Senat. Di sini, Partai Republik yang lawan Biden, menegaskan akan memblokirnya.

Bukan main-main hal ini benar-benar dilakukan Senat, Senin (27/9/2021). RUU itu kalah dengan poin48-50 suara. Di mana semua senator Republik menentangnya.

Partai Republik menyatakan bahwa pihaknya lebih setuju untuk meloloskan RUU pendanaan jangka pendek dibandingkan menambah batasan utang. Pasalnya, utang pemerintah mengacu saat ini mencapai triliunan dolar AS.

"Kami tidak akan memberikan suara Republik untuk menaikkan batas utang," kata Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, dikutip CNBC International.

Langkah ini pun mendapatkan pertentangan serius dari kubu Partai Demokrat. Mereka menyebut Republik telah melakukan kesalahan besar bagi berlangsungnya kegiatan bernegara di negeri adidaya itu.

"Partai Republik telah memantapkan dirinya sebagai partai yang gagal bayar, dan rakyat Amerika akan menanggung akibatnya," kata anggota Senat Demokrat Chuck Schumer.

Anggota parlemen memang perlu menyetujui pendanaan pemerintah sebelum Jumat ini. Itu penting untuk menghindari shutdown (penutupan) pemerintah federal karena tak ada biaya operasi bahkan default jika plafon utang tak naik.

Schumer menambahkan bahwa mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah shutdown dan default. Namun ia tidak merinci bagaimana melakukannya.

Halaman 2>>

Memang Berapa Utang AS?

Berdasarkan data data dari Statista, per Agustus lalu, nilai utang AS sebenarnya mencapai US$ 28,427 triliun. Ini nyaris sama dengan bulan sebelumnya, tetapi turun cukup jauh dari bulan Juni US$ 28,529 triliun.

Namun, jika melihat data dari US Debt Clock, yang melihat posisi real time utang AS saat ini mencapai US$ 28,781 triliun atau Rp 40.129 triliun. Jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), utang tersebut sebesar 125% dari PDB Negeri Adidaya.

Saat ini batas utang AS mentok di US$ 28,4 triliun.

Berdasarkan data dari Departemen Keuangan AS, China memiliki surat utang atau obligasi (treasury) senilai US$ 1,07 triliun pada akhir Juli lalu. China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika.

Di urutan pertama ada Jepang yang memiliki Treasury AS senilai US$ 1,3 triliun. Jepang menjadi pemegang Treasury AS terbesar sejak pertengahan 2019 lalu mengalahkan China.

Pasca perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkobar, pemerintah Tiongkok cenderung melepas kepemilikan treasury, sementara Jepang terus bertambah. Kemudian melengkapi lima besar kreditur AS ada Inggris, Irlandia, dan Swiss.

Bukan Pertama Kali

Sebelumnya isu kenaikan plafon utang terjadi di era Presiden AS ke-45, Donald Trump. Saat itu pemerintahan mengalami shutdown selama 35 hari pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019.

Shutdown tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS. Sebanyak 300 ribu pegawai pemerintah dirumahkan.

Selain itu, PDB juga terpangkas. berdasarkan analisis Congressional Budget Office, sebagaimana dikutip CNBC International, Pada kuartal IV-2018, PDB terpangkas sebesar 0,1%, sementara di kuartal I-2019 sebesar 0,2%.

Saat itu, perekonomian AS masih dalam fase pemulihan dari pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19). Oleh karena itu dampaknya bisa lebih besar lagi.

Salah satu pos yang menguras kas negara AS adalah sektor pertahanan. Tahun lalu, AS keluar duit US$ 724,64 miliar (Rp 10.321,77 triliun) untuk kebutuhan pertahanan.

Dalam lima tahun terakhir, anggaran pertahanan AS rata-rata naik 4,25% per tahun. Lebih tinggi dibandingkan rerata lima tahun sebelumnya yang turun 3,16% setiap tahunnya.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Sudah Rp 400.000 Triliun, Amerika Mau Nambah Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular