
Gokil! Beli Saham Batu Bara Tahun Ini, Cuan Ratusan Persen

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara benar-benar membara sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun, harga komoditas tambang ini sudah menyentuh level US$ 200/ton, level tertinggi setidaknya sejak 2008.
Menurut data Refinitiv, kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 206,25/ton. Melesat 1,63% dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sebulan terakhir harga batu hitam melambung 22,56% secara point-to-point. Sejak awal tahun (year-to-date), kenaikannya mencapai 160,87%. Batu bara menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga tertinggi tahun ini.
Seiring dengan reli harga batu bara di era commodity boom ini, membuat batu bara tercatat menjadi salah satu di antara sejumlah penopang utama pertumbuhan ekspor Indonesia selama Agustus 2021. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor batu bara tumbuh 22,01% secara bulanan.
Dengan kenaikan harga batu bara lebih dari 100%, bagaimana dengan kinerja emiten-emiten produsennya di bursa RI? Apakah lonjakan harga sahamnya melampaui angka 100% juga?
Berikut ini tabel kinerja 10 besar saham emiten tambang batu bara dalam sebulan terakhir dan secara ytd.
Kinerja 10 Besar Saham Batu Bara dalam Sebulan dan Year to Date (Ytd)
Emiten | Kode Ticker | Harga Terakhir (Rp) | % 1 Bulan | % Ytd |
Harum Energy | HRUM | 7,950 | 63.92 | 166.78 |
Golden Eagle Energy | SMMT | 188 | -12.15 | 62.07 |
Golden Energy Mines | GEMS | 3,710 | 6.30 | 45.49 |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 19,700 | 21.23 | 42.24 |
Bayan Resources | BYAN | 21,350 | 44.26 | 37.96 |
Adaro Energy | ADRO | 1,740 | 31.82 | 21.68 |
Indika Energy | INDY | 1,820 | 34.81 | 5.20 |
Bumi Resources | BUMI | 68 | 25.93 | -5.56 |
Bukit Asam | PTBA | 2,630 | 20.64 | -6.41 |
United Tractors | UNTR | 24,000 | 19.7 | -9.77 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 28 September 2021
Apabila menilik dari data tersebut, hanya saham emiten batu bara milik pengusaha Kiki Barki HRUM yang lonjakannya lebih dari 100% dan melampaui pertumbuhan harga batu bara ytd, yakni mencapai 166,78%.
Sementara, 3 saham malah ambles sejak awal tahun, yakni saham emiten Grup Bakrie BUMI, emiten BUMN PTBA, dan emiten Grup Astra UNTR.
Namun, apabila dilihat dalam sebulan belakangan, mayoritas saham batu bara berhasil melesat dua digit. Tercatat, hanya saham emiten Grup Rajawali SMMT yang terkoreksi dalam sebulan, kendati secara ytd saham ini tumbuh tinggi.
Kinerja mayoritas saham batu bara yang tak bisa menyamai persentase kenaikan harga komoditasnya tampaknya terjadi lantaran, saham batu bara cenderung baru mencatatkan reli kenaikan setidaknya sejak awal dan pertengahan September. Sebelum itu, harga saham batu bara fluktuatif, di mana tidak terlalu sering adanya reli lonjakan harga.
Mengenai kinerja fundamental, secara umum rapor keuangan emiten batu bara terbilang memuaskan ditopang oleh kenaikan harga batu bara yang signifikan.
Emiten besutan taipan Peter Sondakh, SMMT, misalnya, berhasil membalik rugi bersih Rp 7,09 miliar sepanjang semester I 2020 menjadi laba bersih Rp 44,08 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Hal tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih perusahaan 105,91% secara yoy menjadi Rp 180,88 miliar per 30 Juni 2021, dari Rp 87,84 miliar pada semester I 2020. Seiring dengan tumbuhnya pendapatan, beban pokok penjualan naik 73,58% menjadi Rp 139,75 miliar pada paruh pertama tahun ini.
Contoh kedua, ITMG, yang membukukan laba bersih sebesar US$ 118 juta atau setara dengan Rp 1,71 triliun (kurs Rp 14.500/US$) pada paruh pertama tahun ini, naik signifikan hingga 312% dari periode yang sama 2020 sebesar US$ 29 juta atau setara dengan Rp 420,5 miliar.
Satu lagi, ADRO, yang berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 169,96 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.
Perolehan laba bersih tersebut meningkat 9,58% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 155,09 juta atau Rp 2,21 triliun.
Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha bersih 15% menjadi US$ 1,45 miliar dari sebelumnya US$ 1,36 miliar.