Gokil! Beli Saham Batu Bara Tahun Ini, Cuan Ratusan Persen

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
29 September 2021 11:10
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara benar-benar membara sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun, harga komoditas tambang ini sudah menyentuh level US$ 200/ton, level tertinggi setidaknya sejak 2008.

Menurut data Refinitiv, kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 206,25/ton. Melesat 1,63% dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam sebulan terakhir harga batu hitam melambung 22,56% secara point-to-point. Sejak awal tahun (year-to-date), kenaikannya mencapai 160,87%. Batu bara menjadi salah satu komoditas dengan kenaikan harga tertinggi tahun ini.

Seiring dengan reli harga batu bara di era commodity boom ini, membuat batu bara tercatat menjadi salah satu di antara sejumlah penopang utama pertumbuhan ekspor Indonesia selama Agustus 2021. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor batu bara tumbuh 22,01% secara bulanan.

Dengan kenaikan harga batu bara lebih dari 100%, bagaimana dengan kinerja emiten-emiten produsennya di bursa RI? Apakah lonjakan harga sahamnya melampaui angka 100% juga?

Berikut ini tabel kinerja 10 besar saham emiten tambang batu bara dalam sebulan terakhir dan secara ytd.

Kinerja 10 Besar Saham Batu Bara dalam Sebulan dan Year to Date (Ytd)

Emiten

Kode Ticker

Harga Terakhir (Rp)

% 1 Bulan

% Ytd

Harum Energy

HRUM

7,950

63.92

166.78

Golden Eagle Energy

SMMT

188

-12.15

62.07

Golden Energy Mines

GEMS

3,710

6.30

45.49

Indo Tambangraya Megah

ITMG

19,700

21.23

42.24

Bayan Resources

BYAN

21,350

44.26

37.96

Adaro Energy

ADRO

1,740

31.82

21.68

Indika Energy

INDY

1,820

34.81

5.20

Bumi Resources

BUMI

68

25.93

-5.56

Bukit Asam

PTBA

2,630

20.64

-6.41

United Tractors

UNTR

24,000

19.7

-9.77

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 28 September 2021

Apabila menilik dari data tersebut, hanya saham emiten batu bara milik pengusaha Kiki Barki HRUM yang lonjakannya lebih dari 100% dan melampaui pertumbuhan harga batu bara ytd, yakni mencapai 166,78%.

Sementara, 3 saham malah ambles sejak awal tahun, yakni saham emiten Grup Bakrie BUMI, emiten BUMN PTBA, dan emiten Grup Astra UNTR.

Namun, apabila dilihat dalam sebulan belakangan, mayoritas saham batu bara berhasil melesat dua digit. Tercatat, hanya saham emiten Grup Rajawali SMMT yang terkoreksi dalam sebulan, kendati secara ytd saham ini tumbuh tinggi.

Kinerja mayoritas saham batu bara yang tak bisa menyamai persentase kenaikan harga komoditasnya tampaknya terjadi lantaran, saham batu bara cenderung baru mencatatkan reli kenaikan setidaknya sejak awal dan pertengahan September. Sebelum itu, harga saham batu bara fluktuatif, di mana tidak terlalu sering adanya reli lonjakan harga.

Mengenai kinerja fundamental, secara umum rapor keuangan emiten batu bara terbilang memuaskan ditopang oleh kenaikan harga batu bara yang signifikan.

Emiten besutan taipan Peter Sondakh, SMMT, misalnya, berhasil membalik rugi bersih Rp 7,09 miliar sepanjang semester I 2020 menjadi laba bersih Rp 44,08 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Hal tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih perusahaan 105,91% secara yoy menjadi Rp 180,88 miliar per 30 Juni 2021, dari Rp 87,84 miliar pada semester I 2020. Seiring dengan tumbuhnya pendapatan, beban pokok penjualan naik 73,58% menjadi Rp 139,75 miliar pada paruh pertama tahun ini.

Contoh kedua, ITMG, yang membukukan laba bersih sebesar US$ 118 juta atau setara dengan Rp 1,71 triliun (kurs Rp 14.500/US$) pada paruh pertama tahun ini, naik signifikan hingga 312% dari periode yang sama 2020 sebesar US$ 29 juta atau setara dengan Rp 420,5 miliar.

Satu lagi, ADRO, yang berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 169,96 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.

Perolehan laba bersih tersebut meningkat 9,58% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 155,09 juta atau Rp 2,21 triliun.

Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha bersih 15% menjadi US$ 1,45 miliar dari sebelumnya US$ 1,36 miliar.

Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira menyampaikan, di tengah momentum kenaikan harga batu bara tersebut manajemen Adaro optimis prospek bisnis batu bara di semester kedua tahun in, tapi tetap berhati-hati.

"Adaro akan berupaya memaksimalkan upaya untuk terus fokus terhadap keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga kas dan mempertahankan posisi keuangan yang solid di tengah situasi sulit yang berdampak terhadap sebagian besar dunia usaha," kata Ira, kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Pada tahun ini, perseroan menargetkan produksi batu bara di kisaran 52-54 juta ton, tidak mengalami perubahan dari proyeksi sebelumnya.

Emiten pertambangan batu bara BUMN, PTBA, turut memanfaatkan kenaikan harga batu bara dengan meningkatkan penjualan untuk pasar ekspor dari sebelumnya 30% menjadi 47%. Selain itu, PTBA juga menggenjot produksi batu bara dari sebelumnya sebanyak 25 juta ton menjadi 30 juta ton.

"PTBA memanfaatkan potensi naiknya harga batu bara dengan meningkatkan produksi sekaligus ekspansi pasar global. Target ekspor secara keseluruhan di 2021 juga ditargetkan naik menjadi 47%," kata Corporate Secretary PTBA, Apollonius Andwie kepada CNBC Indonesia, Senin (13/09/2021).

Tren kenaikan harga batu bara juga sudah berdampak pada meningkatnya penjualan alat berat Komatsu dari UNTR.

Sampai dengan Juli 2021, tercatat emiten pertambangan Grup Astra ini mencatatkan penjualan sebanyak 1.564 unit komatsu, naik 66,74% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Dari penjualan unit komatsu itu, terbesar masih di sektor pertambangan dengan andil 47% dan 28% untuk proyek konstruksi.

Corporate Secretary UNTR, Sara K. Loebis menyatakan, kenaikan harga batu bara juga diperkirakan akan berimbas positif pada kontribusi penjualan batu bara Grup Astra.

"Kenaikan harga batu bara dampaknya pada pendapatan dari lini bisnis tambang batu bara kami saja. Kalau per September, kontribusi lini bisnis ini 20% terhadap pendapatan konsolidasian," bebernya kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/9/2021).

Pada tahun ini, emiten bersandi UNTR ini menargetkan penjualan komatsu sebanyak 3.000 unit dengan produksi batu bara sebesar 115 juta ton.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, dampak kenaikan harga batu bara ini berdampak positif pada perusahaan-perusahaan batu bara.

"Tentu saja positif, cuma berapa besar dampaknya per perusahaan, kami tidak punya datanya. Masing-masing berbeda-beda. Bagi perusahaan Tbk bisa terefleksi dilihat dari penguatan saham dari beberapa emiten," paparnya.

Kenaikan harga batu bara ini menurutnya juga berdampak positif bagi negara, yakni dengan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Bahkan saat ini capaian PNBP sudah melebihi target yang ditentukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular