
Sampai Kapan Harga Emas Letoy? Bisa Panjang dan Lama...

Penguatan mata uang Negeri Paman Sam ditopang oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 04:37 WIB, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden untuk tenor 10 tahun naik 6,2 basis poin (bps) menjadi 1,5461%.
Yield obligasi pemerintah AS bergerak naik merespons persepsi pasar terhadap arah kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed. Investor meyakini Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat akan mulai mengurangi nominal pembelian aset (quantitative easing) pada November 2021. Setelah quantitative easing dikurangi, kemungkinan suku bunga acuan akan mulai dinaikkan tahun depan.
"Dotplot terbaru memberi sinyal bahwa Federal Funds Rate akan naik lebih cepat dari perkiraan semula yaitu 2023. Ini membuat yield ikut terdorong ke atas dan berdampak negatif terhadap emas," kata Bart Melek, Head of Commodity Strategist di TD Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Pasar memperkirakan tren penguatan dolar AS akan berlangsung lama. ING dalam risetnya menilai tren bullish dolar AS bakal semakin kuat mulai kuartal II-2022, saat kenaikan suku bunga acuan sepertinya sudah di depan mata.
"Laju penguatan dolar AS semakin cepat karena respons pasar terhadap rencana pengetatan kebijakan The Fed. Ini yang membuat kami berada di posisi bullish untuk dolar AS, terutama mulai kuartal II tahun depan," sebut riset ING.
Semakin kuat dolar AS, maka emas akan semakin lemah. Kalau tren penguatan dolar AS bakal panjang dan lama, maka sepanjang dan selama itulah harga emas bakal tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)