Review

BRI Cetak Sejarah, Ini Deretan Rights Issue Jumbo di Bursa!

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
28 September 2021 10:15
bnbr
Foto: Reuters

Berikut Tim Riset CNBC Indonesia merangkum lima emiten yang pernah melaksanakan rights issue dengan nominal fantastis!

1. Bakrie & Borthers (BNBR)

Emiten perdagangan umum, konstruksi dan manufaktur yang juga merupakan induk bisnis Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berhasil melaksanakan penambahan modal melalui rights issue pada tahun 2008 lalu senilai Rp 40,1 triliun.

Dikutip dari pemberitaan Detik.com Pada RUPS Luar Biasa BNBR yang telah diadakan pada 17 Maret 2008, pemegang saham menyetujui rencana rights issue Rp 40,118 triliun, penerbitan waran BNBR senilai Rp 2,9 triliun dan pinjaman dari Barclays Capital sebesar Rp 8,3 triliun. Total dana yang akan diperoleh melalui seluruh aksi tersebut mencapai Rp 51,3 triliun.

Sebagian dana tersebut rencananya akan digunakan untuk mengakuisisi 35% saham BUMI senilai Rp 36,9 triliun, 40% saham ENRG senilai Rp 7,2 triliun, 40% saham ELTY sebesar Rp 4,3 triliun. Totalnya sekitar Rp 48,44 triliun.

Pada 11 Juli 2008, BNBR telah memberi laporan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai realisasi penggunaan dana hasil rights issue sebesar Rp 40,118 triliun hingga 30 Juni 2008.

Perincian penggunaan dana tersebut adalah akuisisi BUMI (PT Bumi Resources Tbk) Rp 32,1 triliun, ENRG (PT Energi Mega Persada) Rp 1,25 triliun, ELTY (PT Bakrieland Development Tbk) Rp 3,695 triliun, pelunasan utang ke Odickson Finance untuk penyertaan PUT II PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) Rp 926,63 miliar dan pelunasan utang ke Odickson Finance untuk penyertaan PUT I PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Rp 1,606 triliun.

Jelang pelaksanaan, harga saham BNBR sempat menembus Rp 7.000 per saham pada 22 Februari 2009. Saat ini setelah 10 tahun lebih aksi korporasi dan kesulitan finansial yang dihadapi oleh Grup Bakrie, saham BNBR tercatat tidur di harga Rp 50/saham, yang berarti meski berhasil melaksanakan rights issue jumbo, sejak akhir Februari 2009 nilai sahamnya telah melemah 99,28%.

2. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)

Selanjutnya ada emiten pertambangan batu bara yang juga tergabung dalam Grup Bakrie pada 2017 lalu. Emiten tambang batu bara ini merilis saham baru dan obligasi wajib konversi (OWK) sebesar US$ 2,6 miliar atau Rp 35,07 triliun. Sebagian besar rights issue dan OWK tersebut diserap para pembeli siaga, yakni kreditur BUMI.

Dari pelaksanaan rights issue itu, pemegang saham publik hanya menyerap 4,95 juta saham baru BUMI atau 0,017% dari total saham yang diterbitkan. Mayoritasnya diserap pembeli siaga.

Lesunya minat investor karena saham baru ini ditawarkan di level Rp 926 per saham, yang mana nyaris tiga kali lipat dari harga saham yang kala itu diperdagangkan di harga Rp 300-an per saham.

Rights issue ini merupakan bagian dari proses restrukturisasi utang BUMI yang sebelumnya mencapai US$ 4,2 miliar, kini akan berkurang 61% menjadi US$ 1,6 miliar. Kreditor yang merupakan pembeli siaga menyerap US$ 2,6 miliar rights issue tersebut.

3. HM Sampoerna (HMSP)

Emiten rokok anak usaha raksasa tembakau dunia Philip Morris ini melaksanakan rights issue pada tahun 2015 silam. menerbitkan 269,72 juta lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan harga pelaksanaan antara Rp 63.000 sampai Rp 99.000 setiap lembar saham sehingga perolehan dana maksimum Rp26,7 triliun.

Perseroan akhirnya menyelesaikan transaksi saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) dengan harga pelaksanaan final sebesar Rp 77.000 per lembar, dan dana yang dikumpulkan mencapai Rp 20,77 triliun.

Sebagai catatan, rights issue ini dilaksanakan sebelum pemecahan saham dengan rasio 1:25 yang dilakukan oleh perusahaan pada 2016 lalu, yang semula bernilai Rp 92.500 per saham setelah aksi stock split itu akan menjadi Rp 3.700 per saham.

Dana yang dihimpun dari rights issue tersebut rencananya akan digunakan untuk keperluan perseroan secara umum, serta untuk modal kerja, termasuk pembayaran sebagian fasilitas pinjaman modal kerja.

4. Chandra Asri (TPIA)

Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menyatakan, perusahaan telah menyelesaikan pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue senilai Rp 15,48 triliun pada bulan September 2021.

Dalam aksi korporasi ini, TOP Investment Indonesia (TII) menjadi pembeli siaga sekaligus investor baru TPIA.

TII adalah entitas usaha dari Thai Oil Public Company Limited (Thai Oil), kilang refinery unggulan dari PTT Public Company Limited (PTT) asal Thailand.

Selain TII, perusahaan petrokimia asal Thailand SCG Chemicals, melaksanakan kewajibannya secara penuh sehingga sahamnya di TPIA tidak terdilusi dan tetap sebesar 30,57%.

Terkait penggunaan dana manajemen TPIA menjelaskan bahwa perseroan berencana untuk menggunakan seluruh dana bersih yang diperoleh untuk pembangunan pabrik baru berupa komplek petrokimia terintegrasi oleh entitas anak perseroan, CAP-2 (PT Chandra Asri Perkasa).

5. Bank Mandiri (BMRI)

Pada tahun 2011 silam emiten perbankan pelat merah, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melepas 2.336.838.591 saham baru dengan harga Rp 5.000 per saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan tujuan untuk menjaga rasio kecukupan modal.

Penjualan saham baru melalui rights issue ini ludes diserbu investor. Penawaran tersebut bahkan kelebihan permintaan.

Akan tetapi pihak manajemen BMRI mengatakan hanya akan mengeksekusi atau menyerap hasil rights issue sesuai target awal yaitu sebesar Rp 11,68 triliun. Meski penawaran tersebut sempat oversubscribed di akhir perdagangan. Rights issue BMRI sempat kelebihan permintaan hingga Rp 900 miliar.

TIM RISET CNBC Indonesia

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular