Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia terkoreksi pada perdagangan hari ini. Maklum, sepertinya investor menyerok cuan karena kemarin harga naik gila-gilaan.
Pada Selasa (28/9/2021), pukul 07:42 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 79,28/barel. Turun 0,31% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 75,25/barel. Berkurang 0,27%.
Koreksi ini terjadi setelah harga si emas hitam naik tajam. Kemarin, harga brent dan light sweet melesat masing-masing 1,84% dan 1,99%.
Penyebab lonjakan harga minyak tersebut adalah tingginya permintaan BBM, terutama di Inggris. Di kota-kota besar Negeri John Bull, banyak SPBU yang mulai kosong, kehabisan stok bensin.
Panic buying membuat SPBU kekeringan stok. British Petrol Retailers Association (PRA) mengungkapkan, para anggotanya melapor bahwa 50-90% SPBU di sejumlah wilayah kehabisan bensin. Habis-bis, kosong-melompong.
"Kita harus tenang, jangan melakukan panic buying. Jika kita memborong bensin akibat kepanikan, maka akan tercipta self-fulfilling prophecy," tegas Gordon Balmer, Direktur Eksekutif PRA, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Semua Gara-gara Brexit?
Kekacauan ini disebabkan oleh efek 'perceraian' Inggris dari Uni Eropa alias Brexit. Gara-gara Brexit, banyak pekerja dari Uni Eropa yang tidak yakin mereka bisa kembali bekerja di Inggris. Ini karena Brexit akan membuat pergerakan barang, jasa, modal, dan orang tidak bisa sebebas dulu.
Apesnya, yang termasuk merasakan kekhawatiran ini adalah para supir truk. Kini Inggris diperkirakan kekurangan 100.000 orang supir truk, termasuk untuk mengangkut BBM. Apalagi supir pengangkut BBM tidak bisa sembarangan, butuh pelatihan dan izin khusus.
Saat Brexit dimulai, ada sekitar 25.000 supir truk yang meninggalkan Inggris dan kembali ke negara-neagara Eropa Kontinental. Masalah tambah pelik kala 40.000 orang supir belum dites Covid-19, sehingga belum bisa berdinas.
Akibatnya, tercipta persepsi di masyarakat bahwa BBM bakal langka karena hambatan distribusi. Inilah yang melahirkan panic buying, dan membuat harga minyak sempat meroket.
Akhir pekan lalu, pemerintah Inggris berencana memberikan visa sementara kepada 5.000 supir truk dari negara-negara Uni Eropa. Namun sepertinya kebijakan ini tidak akan diterima dengan baik.
"Supir-supir truk mengaku kepada kami bahwa mereka tidak akan memanfatakan visa sementara dan pergi ke Inggris. Para supir tidak mau membantu Inggris atas kekacauan yang mereka bikin sendiri," tegas Edwin Atena, Kepala Riset Uni Dagang Belanda (FNV), dalam wawancara bersama BBC.
TIM RISET CNBC INDONESIA