Internasional

Cerita AS, Negara Kaya Tapi Utang Tembus Rp 400.000 T

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
Minggu, 26/09/2021 12:37 WIB
Foto: Rangkaian bendera Amerika Serikat dipasang di Washington D.C., menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joe Biden dan Kamala Harris. (AP/Alex Brandon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara maju dan kaya seperti Amerika Serikat (AS) nyatanya juga memiliki utang berjumlah besar. Dilaporkan negara tersebut berutang sebesar US$28,4 trilliun atau sekitar Rp 405 ribu triliun.

Dengan jumlah utang tersebut AS harus mengalami masalah klasik batas utang. Bahkan Menteri Keuangan AS, Janet Yellen telah meminta Kongres AS menaikkan batas utang sejak awal pekan lalu.



"Jika batas utang tidak dinaikkan, suatu saat di bulan Oktober, sulit untuk memprediksi kapan waktu tepatnya, saldo kas di Departemen Keuangan tidak akan mencukupi, dan pemerintah federal tidak akan mampu membayar tagihannya," jelasnya, dikutip CNBC Internasional, Minggu (26/9/2021).

Pendanaan untuk pemerintah federal bakal habis 1 Oktober ini, jika parlemen tidak bertindak. Kementerian Keuangan AS sebelumnya mengingatkan kalau Kongres tak menaikkan atau mencabut batas pinjaman negara, maka pemerintah dipastikan akan kehabisan uang untuk membayar tagihan pada pertengahan Oktober.

Selain itu AS juga terancam mengalami gagal bayar atau default hingga krisis finansinal. Dalam sejarahnya, AS tidak pernah default sekalipun. Default bisa memicu kenaikan suku tajam suku bunga, penurunan tajam bursa saham, dan gejolak finansial lainnya.

Per Agustus, laporan Statista menyebut nilai utang AS mencapai US$28,427 triliun. Jumlah ini sama seperti bulan sebelumnya namun turun dari Juni sebesar US$28,529 triliun.  Dari jumlah itu, utang AS kepada asing berjumlah US$7 triliun. Salah satu negara yang terbesar berasal dari China.

Departemen Keuangan AS melaporkan China memiliki surat utang senilai US$1,07 triliun pada akhir Juli lalu. China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika.  Sementara Jepang berada di urutan pertama dengan US$1,3 triliun. Jepang menjadi pemegang Treasury AS terbesar sejak pertengahan 2019 mengalahkan China.

Saat ini kongres AS masih berdebat soal batas utang ini. Minggu lalu, DPR AS yang dikuasai partai pendukung Presiden Joe Biden mendukung kenaikan batas utang. Namun Senat AS dari Republik telah berjanji menggalkannya. Sidang di Senat akan dimulai pekan depan.

"Ini hanya pengingat," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan situasi pelik yang dihadapi Gedung Putih kepada wartawan, dikutip Reuters, Jumat (24/9/2021).

Sebelumnya isu kenaikan plafon utang terjadi di era Presiden AS ke-45, Donald Trump. Saat itu pemerintahan mengalami shutdown selama 35 hari pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019.

Shutdown tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS. Sebanyak 300 ribu pegawai pemerintah dirumahkan.

Selain itu, PDB juga terpangkas. berdasarkan analisis Congressional Budget Office, sebagaimana dikutip CNBC International, Pada kuartal IV-2018, PDB terpangkas sebesar 0,1%, sementara di kuartal I-2019 sebesar 0,2%.

Saat itu, perekonomian AS masih bagus, sementara saat ini masih dalam fase pemulihan dari pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19). Oleh karena itu dampaknya bisa lebih besar lagi.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pasar Tertekan, Posisi RI dalam Gejolak Global Jadi Perhatian