Review

Cerita China & AS: Saling Serang tapi Saling Ngutang

Chandra Dwi Pranata & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 September 2021 07:10
Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)

Adapun shutdown di AS juga pernah terjadi berkali-kali. Sebelum isu kenaikan plafon utang terjadi di era Presiden AS ke-45, Donald Trump. Saat itu pemerintahan AS mengalami shutdown selama 35 hari pada periode Desember 2018 hingga Januari 2019.

Shutdown tersebut menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS. Sebanyak 300 ribu pegawai pemerintah dirumahkan. Selain itu, PDB juga terpangkas. Pada kuartal IV-2018, PDB terpangkas sebesar 0,1%, sementara di kuartal I-2019 sebesar 0,2%, berdasarkan analisis Congressional Budget Office, sebagaimana dikutip CNBC International.

Besarnya utang AS ke China ini pun menjadi sorotan lantaran AS dan China terlibat perang dagang sejak 2018-2019. Berdasarkan data CNBC Indonesia, hubungan AS dan China sudah menjadi perhatian publik selama masa kepemimpinan Presiden AS Donald Trump, sebelum kini digantikan oleh Joe Biden.

Awalnya, perang dagang terjadi karena Trump geram dengan neraca perdagangan AS yang selalu tercatat defisit dengan China, artinya lebih banyak impor barang dari China ketimbang AS ekspor ke China. Itu sebabnya Trump mengambil langkah proteksionisme untuk memperbaiki neraca perdagangan AS.

Perang dagang pun dimulai pada 22 Januari 2018 ketika Trump memutuskan untuk menaikkan bea masuk impor panel surya dan mesin cuci yang masing-masing menjadi 30% dan 20%.

INFOGRAFIS, Damai Perang Dagang As-China Berujung KebuntuanFoto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
INFOGRAFIS, Damai Perang Dagang As-China Berujung Kebuntuan

CNBC International melaporkan Trump kemudian menerapkan tarfi impor tinggi sebesar 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium pada bulan Maret, juga menerapkan tarif sekitar US$50 miliar di barang lainnya.

Sebagai balasan, China menerapkan tarif di beberapa barang AS. Kemudian pada 4 April 2018, Trump mengumumkan tarif baru, meminta Perwakilan Perdagangan AS untuk mempertimbangkan penetapan tarif tambahan senilai US$ 100 miliar.

Barang yang dinaikkan oleh China sebagai balasan yakni tarif produk daging babi dan skrap aluminium mencapai 25% dan Beijing memberlakukan tarif 15% untuk 120 komoditas AS. Komoditas itu, seperti almond dan apel.

Tak hanya itu, pada April 2018, China juga mengadu kepada badan perdagangan dunia, WTO, tentang tarif impor baja dan aluminium.

Departemen Perdagangan AS pun mengeluarkan kebijakan baru yang melarang perusahaan telekomunikasi China untuk membeli komponen AS selama 7 tahun.

Saling 'serang' ini memicu China dan AS menggelar pertemuan demi membicarakan perang dagang di Beijing pada Mei 2018.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular