Ekuitas Negatif, kok Saham Tambang Emas Ini Malah 'Ngamuk'?
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas dan produsen emas dore (emas batangan yang belum selesai dimurnikan) PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) melonjak dan menduduki posisi kedua top gainers pada kelanjutan sesi II perdagangan hari ini, Rabu (22/9/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.03 WIB, saham SQMI melonjak 26,67% ke Rp 152/saham. Kenaikan ini ditopang oleh besarnya nilai transaksi senilai Rp 36,4 miliar dan volume serta frekuensi perdagangan masing-masing sebesar 250,1 juta dan 18.155 kali.
Kenaikan saham SQMI ini terjadi usai ambles lebih dari 6% pada 2 hari sebelumnya. Sebenarnya, sebelum anjlok, pada Kamis (16/9) dan Jumat (17/9) pekan lalu saham ini sempat melambung tinggi di rentang 4-34%.
Dengan ini, dalam sepekan saham SQMI melonjak 54,08% dan dalam sebulan naik 8,63%. Sementara, secara year to date (ytd) anjlok 60,32%.
Adapun nilai kapitalisasi pasar (market cap) perusahaan mencapai Rp 2,35 triliun. Hingga saat ini belum ada aksi korporasi signifikan atas perusahaan.
Manajemen pun sudah menjawab pertanyaan Bursa Efek Indonesia soal volatilitas saham perusahaan.
"Kami tidak mengetahui informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi investor sebagaimana diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disebutkan," tulis jawaban manajemen SQMI, dikutip Rabu ini (22/9).
Catatan saja, BEI memberikan notasi khusus untuk saham SQMI berupa huruf E kapital. Notasi E menunjukkan bahwa laporan keuangan terakhir perusahaan mencatatkan ekuitas negatif.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per semester I 2021, ekuitas SQMI negatif Rp 197,24 miliar, lebih tinggi dari defisit ekuitas pada semester I 2020 sebesar Rp 181,53 miliar.
Arus kas operasional (cash flow) perusahaan pun minus Rp 12,91 miliar, lebih rendah dari posisi 6 bulan pertama tahun lalu yang minus Rp 13,60 miliar.
Sementara, pendapatan bersih usaha pun turun 6,01% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 2,35 miliar. SQMI juga kembali membukukan rugi bersih Rp 15,44 miliar pada semester I tahun ini, dari rugi bersih Rp 18,77 miliar pada periode yang sama 2020.
Berdasarkan data laporan keuangan, sebanyak 90,31% sahamnya dipegang oleh Wilton Resources Holdings Pte. Ltd. Singapore. Perusahaan memiliki konsesi tambang Ciemas Gold Project di wilayah Jawa Barat.
Wilton Makmur Indonesia awalnya didirikan dengan nama PT Sanex Qianjiang Motor International pada 21 Maret 2000. Kemudian perusahaan mengubah nama menjadi PT Renuka Coalindo Tbk pada 6 Desember 2010, yang bergerak dalam bidang kegiatan usaha jasa pertambangan dengan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 2010.
Terakhir pada 14 November 2019, perusahaan kembali mengubah namanya menjadi Wilton Makmur Indonesia setelah perusahaan asal Singapura, Wilton Resources Holding Pte, resmi mengambil alih 96,95% saham Renuka Coalindo.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)