Jakarta, CNBC Indonesia - Emas yang kerap dianggap sebagai instrumen investasi yang relatif aman (safe haven) tidak hanya membuat para investor bergairah, melainkan juga produsen emas yang mampu mengumpulkan pundi-pundi dan diuntungkan dari kenaikan harga logam mulia ini.
Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen emas utama, dengan produksi sebesar 130 ton atau mencapai 4,06% dari total produksi emas dunia tahun 2020 lalu yang diperkirakan mencapai 3.200 ton, berdasarkan data yang diterbitkan oleh Biro Survei Geologi AS (The United States Geological Survei/USGS).
Indonesia sendiri memiliki cadangan emas hingga 2.600 ton atau 4,90% dari total cadangan emas dunia yang mencapai 53.000 ton.
Dengan cadangan yang cukup melimpah dan produksi yang juga cukup kuat, siapa saja yang menguasai industri tambang emas di Tanah Air? Berikut
Tim Riset CNBC Indonesia coba mengurai beberapa taipan dan konglomerasi yang berbisnis tambang emas di Indonesia.
Tercatat terdapat delapan emiten yang melakukan pengusahaan emas baik itu merupakan bisnis utama atau salah satu segmen bisnis dari konglomerasi usaha yang lebih besar.
Selain perusahaan yang diperdagangkan publik, terdapat juga entitas swasta yang memproduksi emas dengan porsi yang cukup signifikan, seperti PT Freeport Indonesia yang mengekstraksi emas dari bijih tembaga.
Lalu ada pula beberapa perusahaan swasta lain seperti PT Kasongan Bumi Kencana (KBK) dan PT Indo Muro Kencana (IMK).
Holding MINDÂ ID
Akhir tahun 2018 lalu, pemerintah melalui Holding BUMN tambang yang diketuai oleh Inalum berhasil melakukan divestasi 51% saham Freeport-McMoran. Dalam kesepakatan tersebut Inalum mengeluarkan dana sebesar US$ 3,85 miliar atau Rp 55,8 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Selanjutnya pemerintah membangun entitas baru yakni Mind ID untuk membedakan antara fungsi Holding dan fungsi operasional peleburan aluminium.
Masuknya Freeport dalam holding tambang menjadikan mampu menaikkan produksi emas yang sebelumnya hanya di produksi oleh satu perusahaan yang tergabung dalam grup yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Tambang emas yang dikelola atau dimiliki oleh Antam termasuk tambang emas Pongkor, PT Cibaliung Sumberdaya (CSD) dan PT Nusa Halmahera Minerals (NHM).
Dikutip dari laporan tahunan perusahaan, pada 2020, total cadangan bijih emas konsolidasi ANTAM tercatat sebesar 3,70 juta dry metric ton (dmt) atau setara dengan 349 ribu troy oz (10,86 ton) logam emas. Sedangkan sumber daya mineral emas konsolidasi ANTAM pada tahun 2020 tercatat sebesar 9,33 juta dmt atau setara dengan 1.197 ribu troy oz (37,23 ton) logam emas.
Sedangkan produksi emas yang diekstraksi bersama tembaga oleh Freeport lebih spektakuler lagi. Berdasarkan siaran pers Freeport McMoran (FCX), Freeport Indonesia memproduksi 848.000 ons emas pada 2020, turun tipis dari 2019 yang sebesar 863.000 ons. Tahun ini, produksi emas Freeport Indonesia ditargetkan naik 65% menjadi 1,4 juta ons.
Grup Bakrie
Bumi Resources Minerals adalah pertambangan multi mineral yang beroperasi di Indonesia dan dikendalikan oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dari Grup Bakrie.
Proyek tambang emas yang dimiliki perusahaan adalah PT Citra Palu Minerals (CPM) di Sulawesi Tengah dan Gorontalo Minerals (GM) yang juga memiliki kandungan tembaga dan perak yang signifikan.
Selain itu BRMS juga memiliki proyek tambang seng dan timbal di Sumatera Utara melalui Dairi Prima Mineral (DPM).
Dalam laporan tahunan 2020, BRMS menyebutkan cadangan bijih emas CPM tercatat sebesar 3,94 juta ton dengan kadar 5,3 ppm (gram/ton bijih), dengan total kandungan logam mencapai 0,6 juta troy oz (18,75 ton).
Saratoga - Boy Thohir & Sandiaga Uno
Boy Thohir memang lebih dikenal sebagai pengusaha tambang batu bara dengan grup perusahaan di bawah bendera Adaro Energi yang dikembangkan bersama Edwin Soeryadjaya dan Theodore Permadi Rachmat. Sementara Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno sendiri juga mendirikan Grup Saratoga yang merupakan konglomerasi perusahaan investasi.
Boy Thohir memiliki kepemilikan langsung sebesar 8,86% saham di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), sedangkan Grup Saratoga menggenggam 18,29%.
Merdeka Copper Gold adalah perusahaan induk dengan dua anak perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan, meliputi eksplorasi dan produksi emas, perak, tembaga dan mineral lainnya.
Kedua anak perusahaan tersebut adalah PT Bumi Sukesindo (BSI) dan PT Damai Sukesindo (DSI). Pemegang saham perusahaan termasuk Grup Saratoga yang menguasai 18,29% kepemilikan saham perusahaan.
Lokasi tambang emas MDKA berada di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Per 31 Desember 2020, Sumber Daya Mineral Grup diperkirakan mengandung 32,8 juta oz emas, 8,9 juta ton tembaga dan 85,3 juta oz perak.
Grup Rajawali-Peter Sondakh
Archi Indonesia merupakan emiten tambang emas milik konglomerat Peter Sondakh yang tergabung dalam Grup Rajawali yang juga fokus di sektor properti dan perkebunan. Emiten ini baru mulai melantai di bursa beberapa bulan lalu, tepatnya tanggal 28 Juni 2021.
Tambang emas yang dikelola perusahaan yaitu PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN) di Sulawesi Utara.
Pada Desember 2020, tambang emas Toka Tindung memiliki cadangan bijih emas (bersertifikasi JORC) sebanyak 3,9 juta ons (setara dengan 121 ton dan telah berhasil memproduksi lebih dari 200 kilo ons (setara dengan 6.2 ton) emas per tahunnya sejak tahun 2016.
Grup Astra
Grup Astra memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian. Gurita bisnis Grup Astra mencakup sektor mulai otomotif, jasa keuangan hingga pertambangan dan energi.
United Tractors sejatinya merupakan perusahaan yang bisnis utamanya merupakan distributor alat berat yang dikendalikan oleh Grup Astra. Akan tetapi perseroan juga menjalankan pilar bisnis pertambangan Emas melalui PT Agincourt Resource (PTAR), yang mengoperasikan tambang emas Martabe yang berlokasi di provinsi Sumatra Utara.
Berdasarkan laporan tahunan perusahaan, sampai dengan bulan Juni 2020, jumlah sumber daya mineral Tambang Emas Martabe adalah sebesar 7,6 juta ons emas dan 66 juta ons perak dengan jumlah cadangan bijih sebesar 4,3 juta ons emas dan 33 juta ons perak.
Amann Mineral-Arifin Panigoro
Medco Energi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi dan kegiatan energi lainnya yang didirikan Arifin Panigoro.
Penambangan emas Medco dilakukan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara (eks Newmont) bersamaan dengan ekstraksi tembaga di blok Batu Hijau.
Pada 31 Desember 2020 Batu Hijau memiliki estimasi cadangan 7.380 juta lbs tembaga dan 9.190 ribu oz emas.
PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB)
J Resources Asia Pasifik merupakan perusahaan yang berinvestasi dan mengelola bisnis pertambangan emas bersama dengan bisnis logam mulia lainnya di wilayah Australasia, dengan area pertambangan emas termasuk Indonesia dan Malaysia. Jimmy Budiarto merupakan pengendali dan pemegang saham mayoritas yang juga menjabar sebagai komisaris utama perusahaan.
Beberapa lokasi tambang emas milik perusahaan tersebar di Seruyung (Kalimantan Utara), Bakan (Sulawesi Utara) dan Penjom (Malaysia).
Per akhir tahun 2020, Perseroan mencatat total cadangan emas sebesar 3,882 juta oz dan sumber daya sebesar 9,144 juta oz.
PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI)
Wilton Makmur Indonesia awalnya didirikan dengan nama PT Sanex Qianjiang Motor International pada 21 Maret 2000. Kemudian perusahaan mengubah nama menjadi PT Renuka Coalindo Tbk pada 6 Desember 2010, yang bergerak dalam bidang kegiatan usaha jasa pertambangan dengan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 2010.
Terakhir pada 14 November 2019, perusahaan kembali mengubah namanya menjadi Wilton Makmur Indonesia setelah perusahaan asal Singapura, Wilton Resources Holding Pte, resmi mengambilalih 96,95% saham Renuka Coalindo.
Berdasarkan data laporan keuangan, sebanyak 89,99% sahamnya dipegang oleh Wilton Resources Holdings Pte. Ltd. Singapore. Perusahaan memiliki konsesi tambang Ciemas Gold Project di wilayah Jawa Barat.
Laporan terakhir per 30 Juni 2018, menyatakan cadangan terkira perusahaan adalah sejumlah 3,26 juta ton dengan kadar rata-rata mencapai 7,7 ppm (part per milion/7,7 gram emas dalam 1 ton.