
Kenapa Saham Emiten Nikel RI Terus Diburu Investor?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham-saham emiten pertambangan khususnya tambang nikel di Indonesia diperkirakan naik dalam jangka panjang seiring dengan rencana pembangunan proyek baterai kendaraan listrik (electronic vehicle/EV) di dalam negeri.
Kepala Riset PT Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy mengatakan, wajar saja saham nikel diburu. Sebab rencana ini memberikan sentimen positif dikarenakan permintaan untuk nikel akan meningkat.
Hal ini dikarenakan nikel menjadi bahan utama pembuatan utama baterai kendaraan listrik. Oleh karenanya meski saham tambang mineral lainnya seperti emas dan timah, tetapi nikel saat ini cukup menjanjikan dengan permintaan akan mobil listrik sehingga menjadi sentimen positif.
"Karena bisa dibilang logam di industri komponen paling banyak membuat sebuah baterai kendaraan listrik, komponen utamanya adalah nikel. Sulfida campuran dan kobalt dan lainnya bahan utamanya memang nikel," ujarnya dalam InvesTime, Selasa (14/9/2021).
Menurutnya, ini berlaku untuk di Indonesia. Sebab, di luar negeri terutama di Amerika Tengah sudah banyak juga baterai kendaraan listrik yang menggunakan bahan lain seperti litium, sedangkan di Indonesia belum banyak dan masih didominasi oleh nikel.
"Di Indonesia banyak nikel komponen utamanya. Jadi wajar saja kalau produsen nikel dan emiten menambang nikel ini maupun smelternya masing-masing terkena sentimen positif dari perkembangan baterai kendaraan listrik," kata dia.
Meski saham nikel sangat direkomendasikan untuk diburu, namun Robertus menekankan harus memperhatikan beberapa faktor sebelum membelinya.
Sebab, tidak semua saham emiten nikel akan naik ke depannya.
Pertama, investor bisa membeli atau memburu saham emiten nikel jika sudah ada kepastian kapan holding baterai kendaraan listrik beroperasi. Ini akan semakin mencerahkan ke depannya jika sudah ada kejelasan.
Kedua, yang tentunya tidak kalah penting adalah melihat prospek kinerja keuangan emiten nikel tersebut. Harus melihat fundamentalnya dan prospek ke depannya.
"Tentu kinerja keuangan dari masing-masing perlu diperhatikan. Misalnya nanti di Q3 akan seperti apa. Seperti Q2 kan sudah lumayan untuk emiten tambang, meski HRUMÂ [Harum Energy] Q2 negatif tapi yang lain-lainnya kita lihat masih positif. Kalau Q3 masih bisa lanjutkan positif dengan harga nikel dan logam industri lainnya terus alami kenaikan sih bisa menjadi sentimen positif untuk akhir tahun," jelasnya.
Pada Rabu kemarin (15/9), Presiden Joko Widodo melakukan groundbreaking pembangunan Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Asia Tenggara milik Indonesia Battery Corporation atau IBC dan Konsorsium LG asal Korea Selatan.
Pabrik ini berlokasi di Kabupaten Karawang Jawa Barat dengan nilai investasi sebesar US$ 1,1 miliar atau setara Rp 15,73 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
IBC adalah konsorsium empat BUMN yakni MIND ID, Antam, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, groundbreaking Pabrik industri Baterai Kendaraan Listrik PT HKML Baterai Indonesia saya nyatakan dimulai," kata Jokowi, Rabu (15/9/2021).
Jokowi sendiri didampingi oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dan Menteri BUMN Erick Thohir.
"2022 Mei paling lambat, insya Allah sudah produksi. Sudah paten pak. Jadi Insya Allah sudah produksi kita," kata Bahlil dalam kesempatan tersebut.
Data BEI mencatat, saham Antam ditutup naik 0,81% di Rp 2.490/saham pada perdagangan Rabu (15/9), dengan kenaikan sepekan 7,33% dan sebulan naik 4%. Sementara saham INCO ditutup turun 1,29% di Rp 4.960/saham, dengan koreksi 0,20% sepekan dan turun 2,27% sebulan terakhir.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham-saham Ini Pernah Hype, Masih Oke Diserok?
