IHSG Sempat Tertekan, Terpengaruh Sentimen Regional

Tri Putra, CNBC Indonesia
17 September 2021 09:19
Ilustrasi Bursa.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan dibuka melemah 0,1% ke level 6.103 pada perdagangan terakhir untuk minggu ini, Jumat (17/9/2021). Selang 5 menit setelah perdagangan dibuka, IHSG masih berada di zona merah dengan koreksi yang semakin dalam, turun 0,25% pada 09.05 WIB

IHSG dibuka merah di saat bursa saham Asia bergerak variatif. Hingga pukul 08.45 WIB, indeks Nikkei dan Shang Hai Composite mengalami apresiasi dengan kenaikan masing-masing sebesar 0,45% dan 0,12%.

Sementara itu untuk Hang Seng dan Strait Times keduanya melemah dengan koreksi sebesar 0,11% dan 0,07%.

Dini hari tadi Wall Street ditutup beragam. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing terkoreksi lebih dari 0,15% sementara itu Nasdaq Composite menguat 0,13%.

Tercatat 149 saham menguat, 183 melemah dan sisanya 197 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 704,6 miliar dengan asing membukukan beli bersih senilai Rp 6,59 miliar di pasar reguler.

Saham yang paling banyak diborong asing adalah duo saham BUMN yakni PT PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan masing-masing net buy asing mencapai Rp 19,8 miliar dan Rp 4,6 miliar.

Sedangkan saham yang dilego asing yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan nilai net sell masing-masing sebesar Rp 3,2 miliar dan Rp 2,7 miliar.

Sentimen yang mewarnai perdagangan hari ini salah satunya adalah kenaikan indeks dolar AS.

Pertumbuhan penjualan ritel yang mengejutkan memberi gambaran bahwa konsumsi di Negeri Adidaya tetap kuat. Artinya, tekanan inflasi itu nyata dan stabil.

Tekanan inflasi, yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang kuat setelah dihantam pandemi virus corona, membuat pasar kembali meyakini bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bisa segera melakukan pengetatan kebijakan atau tapering. Ini diawali dengan mengurangi pembelian surat berharga (quantitative easing) yang sekarang bernilai US$ 120 miliar setiap bulannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Investor di Asia akan mengamati pergerakan pasar saham Hong Kong, setelah sepanjang pekan ini indeks Hang Seng ambles nyaris 6% di tengah kekhawatiran pengetatan peraturan di sektor teknologi dan kasino.

Selain itu, seputaran dari masalah keuangan raksasa properti China, China Evergrande Group diperkirakan masih akan menjadi perhatian investor di Asia pada hari ini.

Sebelumnya, China Evergrande terancam mengalami gagal bayar (default) bunga pinjaman yang akan jatuh tempo pada Senin (20/9/2021) pekan depan, di mana Evergrande disebut memiliki kewajiban mencapai US$ 305 miliar.

Dua lembaga pemeringkat international, yakni Fitch Ratings dan S&P pun sudah memangkas peringkat utang Evergrande, di mana S&P memangkas dari sebelumnya CC menjadi CCC dengan outlook negatif. Sedangkan Fitch juga memangkas rating utang Evergrande dari sebelumnya CC menjadi CCC+.

Sementara itu dari AS, tiga indeks utama ditutup cenderung melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,18% ke level 34.751,32m S&P 500 berkurang 0,16% ke 4.473,75. Namun Nasdaq Composite masih bisa menguat 0,13% ke posisi 15.181,92.

Tiga indeks ini menghabiskan hampir sepanjang hari perdagangan di zona merah. Namun koreksi itu menipis begitu data penjualan ritel dirilis.

Pada Agustus 2021, penjualan ritel di Negeri Adidaya tumbuh 0,7% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Jauh membaik ketimbang Juli 2021 yang minus 1,8% mtm. Juga jauh lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan minus 0,8%.

"Konsumsi di AS tidak berkurang sebanyak yang diperkirakan. Ekonomi masih bergeliat," ujar Chris Low, Kepala Ekonom FHN Financials yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular