
Top! Fitch Solutions Prediksi Rupiah Bakal ke Rp 14.000/US$

Bank sentral AS (The Fed) sudah jelas menyatakan akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini.
Meski demikian, dolar AS tidak serta merta menguat tajam seperti di tahun 2013. Sebab, komunikasi The Fed kali ini dikatakan lebih bagus, sehingga membuat pasar sudah bersiap menghadapi tapering jauh-jauh hari.
Meski The Fed mengungkapkan akan melakukan tapering di tahun ini, tetapi kapan waktunya masih belum disebutkan.
Banyak yang melihat bulan November atau Desember menjadi awal pertama tapering. Tetapi rilis data tenaga kerja yang mengecewakan dan melambatnya inflasi membuat waktu tapering tersebut kembali diragukan.
Kementerian Ketenagakerjaan AS Selasa lalu melaporkan inflasi inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir. Selain itu, inflasi inti tersebut lebih rendah dari hasil survei Reuters terhadap para ekonom sebesar 0,3%.
Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi inti adalah 4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir, dan lebih rendah dari ekspektasi 4,2%.
![]() |
Sementara di awal bulan ini, data penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) bulan Agustus dilaporkan sebanyak 235.000 orang, jauh di bawah survei Reuters terhadap para analis yang memprediksi sebanyak 750.000 orang. Tingkat pengangguran dilaporkan turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%, sesuai dengan hasil survei Reuters, kemudian rata-rata upah per jam tumbuh 0,6% lebih tinggi dari bulan Juli 0,4%.
Meski tingkat pengangguran turun dan rata-rata upah per jam naik, tetapi yang lebih dilihat pelaku pasar adalah NFP. Sebab, mencerminkan kemampuan negara dengan perekonomian terbesar di dunia menciptakan lapangan pekerjaan.
Data inflasi dan tenaga kerja merupakan acuan The Fed dalam menetapkan waktu tapering. Pun, meski tapering jadi dilakukan tahun ini, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga setelahnya.
"Waktu mengurangi pembelian aset tidak berarti menjadi pertanda waktu kenaikan suku bunga. Keduanya merupakan hal yang berbesar secara substansial," kata ketua The Fed, Jerome Powell dalam pertemuan Jackson Hole, Agustus lalu.
The Fed akan mengadakan rapat kebijakan moneter pekan depan. Suki Cooper, analis dari Standard Chartered Bank melihat tapering baru akan diumumkan pada bulan November, tetapi rapat kebijakan moneter The Fed bulan ini akan berisi dot plot, yakni proyeksi suku bunga untuk tahun 2024. Sehingga tetap akan menjadi perhatian besar bagi pelaku pasar.
"Meski pengumuman tapering tidak akan dilakukan hingga bulan November, rapat kebijakan The Fed bulan ini akan memberikan proyeksi suku bunga untuk tahun 2024. Dan proyeksinya akan sama dengan tahun 2023, yakni dua kali kenaikan suku bunga," kata Cooper.
Artinya, jika proyeksi Cooper tepat, maka The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali di tahun 2023, dan dua kali juga di 2024. Kenaikan tersebut terbilang tidak agresif, sehingga akan menguntungkan bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]