Mohon Maaf! Sesi 2 IHSG Masih Belum Bisa Berbuat Banyak

Tri Putra, CNBC Indonesia
16 September 2021 12:52
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tipis sebesar 0,03% ke level 6.111.79 pada sesi I perdagangan Kamis (16/9/2021).

IHSG mampu menguat meski bursa saham Asia cenderung mengalami koreksi. Indeks Nikkei turun 0,59%, Hang Seng anjlok 1,1%, Shang Hai Composite anjlok 0,47%.

Sampai dengan penutupan sesi I sebanyak 233 saham menguat, 234 melemah dan 183 stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp 6,54 triliun. Asing membukukan beli bersih senilai Rp 161,55 miliar.

Sentiment yang perlu dicermati pada perdagangan hari ini salah satunya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi China. Pada Agustus 2021, produksi industri China tumbuh 5,3% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 6,4% sekaligus menjadi yang terlemah sejak Juli 2020.

Sementara pengeluaran konsumen pada Agustus 2021 naik 2,5% yoy. Jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 7% yoy dan menjadi yang terendah sejak Agustus 2020.

"Laju perekonomian melambat pada Agustus, konsumsi terpukul dan investasi masih lemah. Sementara itu, virus corna kembali menyebar di Fujian dan sejumlah wilayah lain sehingga menjadi risiko bagi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV," kata Louis Kuijs, Head of Asia Ecnomics di Oxford Economics, seperti diberitakan Reuters.

IHSG TeknikalFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
IHSG Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area dekat garis netralnya (SMA20) sehingga akan cenderung bergerak sideways.

Untuk melanjutkan tren bullish atau penguatan, indeks perlu melewati level resistance yang berada di area 6.164,85. Sementara untuk merubah tren bullish menjadi bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.095,09.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 51,8 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual.


Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di dekat SMA20 , maka pergerakan selanjutnya berpotensi sideways bahkan terbuka peluang untuk mengalami koreksi.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya. Hanya saja yang patut diwaspadai adalah rentang BB yang melebar mengindikasikan adanya potensi volatilitas yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular