Erick Buka-bukaan Holding Ultra Mikro, Ini Latar Belakangnya

Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 September 2021 13:40
Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN Erick Thohir (Tangkapan Layar Youtube DPR RI)
Foto: Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri BUMN Erick Thohir (Tangkapan Layar Youtube DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembentukan holding BUMN ultra mikro ditujukan untuk bisa memberikan akses pendanaan dan pendampingan bagi UMKM di Indonesia. Lebih jauh lagi, holding ini ditujukan untuk menggenjot lebih banyak pembiayaan yang disalurkan kepada sektor ini agar bisa sejajar dengan negara-negara tetangga.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan dari hasil benchmarking dengan beberapa negara tetangga, pembiayaan ke UMKM mencapai 50% di negara tersebut. Bahkan di Korea Selatan mencapai 80%, Jepang 67%. Sedangkan Indonesia masih tertinggal di angka 20% dari total pembiayaan.

"Karena itu presiden menargetkan baik 20% ke 30% dan terus meningkat. Kalau tetangga bisa 50%, dengan target waktu kenapa Indonesia ga bisa apalagi backbone perekonomian Indonesia adalah UMKM, yang sudah memberikan kontribusi luar biasa," kata Erick dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, disiarkan Kamis (16/9/2021).

"Presiden menekan kami harus ada peningkatan yang awal 30% dulu sekarang, tapi lama lama ke sana," imbuhnya.

Keberadaan holding ini saat ini tengah diperlukan, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang menekan kerja sektor UMKM.

Saat ini program Mekaar yang digagas oleh PT Permodalan Nasional Madani (Persero)/PNM telah memiliki lebih dari 10 juta nasabah, dengan peningkatan yang signifikan pada 1,5 tahun terakhir. Jumlah nasabah ini juga mencerminkan pembukaan lapangan kerja oleh UMKM yang juga besar.

Sehingga harapannya dengan adanya holding ini akan dapat memberikan fasilitas pendanaan kepada sektor ini dengan biaya yang lebih murah agar dapat membuka lebih banyak lapangan kerja.

Pasalnya saat ini terjadi ketimpangan, sektor UMKM masih dibebani dengan biaya pembiayaan yang lebih besar, sedangkan korporasi besar diberikan bunga yang kecil.

"Kalau kita liat yang besar bunga sekian, yang UMKM lebih mahal. Keseimbangan harus terjadi, ga bisa besar makin besar, kecil makin kecil. Adanya holding ini menunjukkan keberpihakan ekonomi, dampaknya baik," tandasnya dia.

Untuk diketahui, holding ini dipimpin PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan PT Permodalan Nasional Madani (Persero)/PNM dan PT Pegadaian (Persero) sebagai anak usaha perusahaan. Saat ini BRI telah menggenggam saham kedua perusahaan ini setelah inbreng saham seri B milik pemerintah ke BRI.

Untuk melakukan pengalihan saham ini, BRI menggelar penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.

Dalam prospektus yang dipublikasikan Selasa (31/8/2021), BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,213 miliar Saham Baru Seri B atas nama dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau sebanyak-banyaknya 18,62% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah Penambahan Modal dengan HMETD I.

Dengan harga pelaksanaan rights issue BBRI yakni Rp 3.400 per saham, pemerintah melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Holding BUMN UMi, Suntikan Optimisme bagi Investor untuk BBRI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular