Kejar Valuasi Rp1.430 T, Erick Ungkap Rencana Besar Pertamina

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Kamis, 16/09/2021 11:15 WIB
Foto: Erick Thohir, interview CNBC Indonesia, 16 September 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan kelas dunia dengan valuasi mencapai US$ 100 miliar atau setara dengan Rp 1.430 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$).

Namun ada target besar lainnya yang dibebankan Kementerian BUMN kepada perusahaan Holding BUMN migas tersebut.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Pertamina ditargetkan bisa membantu Indonesia untuk menurunkan ketergantungan terhadap impor energi yang selama ini membebani neraca perdagangan.


Untuk itu Pertamina diharapkan bisa memproduksi sendiri di dalam negeri, baik itu untuk kebutuhan energi maupun produk turunan lainnya.

"Sesuai arahan Presiden [Jokowi] kita harus menekan defisit neraca, ga boleh beban impor terus. Tapi bagaimana Pertamina mem-balance impor jadi produk dalam negeri," kata Erick dalam wawancara dengan Safira Wardoyo di CNBC Indonesia, disiarkan Kamis (16/9/2021).

Salah satu langkah yang sudah dilakukan adalah dengan membangun refinery (kilang) di Cilacap, Jawa Tengah yang diharapkan bisa menjadi bahan baku petrokimia untuk produk paracetamol, sehingga setidaknya salah satu bahan baku obat ini sudah tak lagi dipenuhi dari impor.

Hal ini ditujukan agar kontribusi Pertamina, dan BUMN lainnya, kepada negara tak hanya berupa pajak dan dividen juga namun juga memperkuat neraca perdagangan. Di samping juga tetap menjalankan pelayanan publik.

Lainnya yang juga menjadi target jangka panjang adalah berkaitan dengan baterai dan kendaraan listrik yang ekosistemnya akan dibangun di Indonesia. Saat ini sudah terbentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia guna menggarap proyek ini.

Konsorsium yang dibuat oleh PT Inalum (Persero) atau MIND ID, Pertamina, PT PLN (Persero) dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), dan kerja sama dengan perusahaan asal China dan Korea Selatan, CATL dan LG diharapkan ekosistem ini akan jadi matang.

Erick mengharapkan, selain menggarap sumber daya mineral, nikel, yang menjadi bahan baku utama baterai listrik, Pertamina disiapkan untuk menjadi sarana pengisian ulang baterai tersebut.

"Baterai ini kan bisa dituker, bisa exchangeable, ini akan terjadi. Begitu juga dengan motor dan mobil listrik, pelan-pelan harus coba pasca Covid," tandas Erick.

Untuk diketahui, untuk mendorong Pertamina untuk mencapai valuasi tersebut, Pertamina telah membagi bisnisnya dalam enam subholding. Pembentukan subholding ini telah diresmikan pada Jumat (10/9/2021) pekan lalu.

Enam subholding yang dimaksud adalah Subholding Upstream, Subholding Refining dan Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics, dan Subholding Power and New Renewable Energy.

Pembentukan holding ini ditujukan agar Pertamina bisa melakukan pengelolaan portofolio dan sinergi bisnis sehingga diharapkan dapat mempercepat pengembangan bisnis baru, serta menjalankan program-program nasional.

Sementara subholding akan menjalankan peran untuk mendorong operational excellence dengan mempercepat pengembangan bisnis dan kapabilitas bisnis existing serta meningkatkan fleksibilitas dalam kemitraan dan pendanaan yang lebih menguntungkan perusahaan.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Butuh Investasi USD 7 Miliar, PGE Mau Gandeng Danantara