Bos OJK Ungkap Kondisi Bank RI, Kredit Ditopang Himbara & BPD

Monica Wareza, CNBC Indonesia
15 September 2021 15:28
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso Saat Konferensi Pers KSSK Triwulan III 2021. (Tangkapan Layar youtube @Kemekeu RI)
Foto: Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso Saat Konferensi Pers KSSK Triwulan III 2021. (Tangkapan Layar youtube @Kemekeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat pertumbuhan kredit perbankan telah mengalami pertumbuhan positif tahun ini di angka 0,55% secara tahunan (year on year/YoY) hingga akhir Agustus 2021.

Sedangkan secara year to date (ytd) atau sejak akhir 2020 hingga periode bulan lalu telah tumbuh 1,5%.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan meski telah terjadi pertumbuhan sejak awal tahun, namun dengan kembali naiknya kasus Covid-19 di Indonesia dan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Juli dan Agustus, penyaluran kredit secara bulanan terkontraksi sebesar 0,32% pada bulan lalu.

"Net masih kecil namun sampai Juli 2021 perbankan menyalurkan kredit sebesar Rp 1.439 triliun. Namun pada saat yang sama pelunasan dan pembayaran kredit juga mencapai Rp 1.332 triliun. Dan tentunya ini karena ada beberapa perusahaan dan korporasi belum bangkit dan lunasi sebagian kreditnya," kata Wimboh dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (15/9/2021).

Namun demikian, OJK tetap optimistis dengan potensi pertumbuhan kredit lebih lanjut di tahun ini seiring dengan mulai kembali dilakukannya pelonggaran kegiatan masyarakat sehingga ekonomi bisa bergerak kembali.

Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini ditopang oleh penyaluran kredit oleh bank BUMN (Himbara, Himpunan Bank Milik Negara) dan bank pembangunan daerah (BPD).

Pertumbuhan kredit di kedua bank ini ditunjang oleh kredit UMKM dan KUR (kredit usaha rakyat), selain itu juga penyaluran kredit kepada ASN (aparatur sipil negara) yang menjadi sasaran kredit BPD.

Sedangkan untuk bank swasta nasional, kata Wimboh, masih mengalami kontraksi dengan -2,62% secara YoY dan -0,45% secara ytd.

Secara nasional, kredit UMKM tumbuh 1,93% YoY dan 1,11% ytd. Diharapkan sektor ini akan menjadi katalis pertumbuhan kredit perbankan ke depannya, sebab beberapa sektor lainnya seperti pariwisata, airlines, transportasi, hotel dan restoran masih mengalami kontraksi.

Dari sisi permodalan, perbankan dinilai dalam keadaan baik dengan kecukupan permodalan 24,67%. Angka ini dinilai masih mencukupi untuk ekspansi yang akan dilakukan perbankan dari sisi kredit.

Penggalangan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,43% YoY dan terus meningkat karena saat ini likuiditas di sektor ini masih melimpah.

"Suku bunga terus mengalami penurunan, sekarang ini SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) turun 44 bps [basis point] dibanding Desember 2020 dan ini tentunya didorong biaya overhead dan signal penurunan suku bunga bank sentral," ungkap Wimboh.

Meski bank konvensional masih mengalami pertumbuhan yang cukup moderat, sebaliknya di bank syariah justru mengalami pertumbuhan 7,63% YoY dari sisi penyaluran pembiayaan.

Dari sektor industri keuangan non bank (IKNB), pembiayaan oleh perusahaan pembiayaan masih kontraksi 11,6% YoY. Namun dinilai sudah dalam tren membaik sejak April 2021. Sedangkan pembiayaan fintech naik 102,8% YoY pada Juli.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biaya ATM Link Naik, 'Surat Cinta' ke Erick Thohir Muncul

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular