Wall Street Berjatuhan, Bursa Asia Ikutan Tersungkur!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 September 2021 08:43
An investor takes a nap in front of a board showing stock information at a brokerage office in Beijing, China October 8, 2018. REUTERS/Jason Lee
Foto: Ilustrasi Bursa China (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu (15/9/2021), menyusuli pelemahan bursa Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan dini hari tadi waktu Indonesia merespons rilis data inflasi.

Hanya KOSPI Korea Selatan yang dibuka di zona hijau pada hari ini. Indeks KOSPI dibuka menguat 0,11%.

Sementara sisanya dibuka di zona merah pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,57%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,73%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,31%, dan Straits Times Singapura terpangkas 0,38%.

Dari China, beberapa data ekonomi periode Agustus akan dirilis pada hari ini pukul 10:00 waktu setempat atau pukul 09:00 WIB. Data ekonomi China yang akan dirilis pada hari ini yakni data penjualan ritel, data tingkat pengangguran, dan data produksi industrial.

Pada hari ini, pasar saham Asia kembali cenderung mengikuti pergerakan pasar saham AS, Wall Street yang ditutup melemah pada perdagangan Selasa (14/9/2021) waktu setempat atau dini hari tadi waktu Indonesia, merespons data inflasi AS periode Agustus 2021.

Tiga indeks utama di Wall Street ditutup di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,84% ke level 34.577,57, S&P 500 melemah 0,57% ke 4.443,05, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,45% ke 15.037,76.

Awalnya Wall Street dibuka semringah merespons rilis data inflasi Negeri Paman Sam yang tercermin pada indeks harga konsumen (IHK).

Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan IHK inti pada Agustus 2021 adalah 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat dibandingkan Juli 2021 yang sebesar 0,3% dan menjadi yang terendah dalam enam bulan terakhir.

Dibandingkan dengan Agustus 2020 (year-on-year/yoy), laju IHK inti adalah 4%. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,3% dan menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

Perlambatan laju inflasi memberi harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan terlalu agresif dalam waktu dekat.

Masih ada waktu buat kebijakan moneter longgar, tidak perlu terburu-buru melakukan pengetatan kebijakan (tapering). Dengan begitu, likuiditas tetap akan membludak, tidak ketat.

Akan tetapi, pelaku pasar kemudian menyadari bahwa perlambatan laju inflasi juga berarti pemulihan ekonomi agak tertahan, tidak lagi melaju kencang. Ini yang kemudian memunculkan aksi jual terhadap aset-aset berisiko seperti saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular