
Terkuak! Ini Alasan Bos Lippo Belum Restui LINK Dicaplok XL

Jakarta, CNBC Indonesia - John Riady, cucu pendiri Grup Lippo yang saat ini menjabat sebagai CEO PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mengungkapkan salah satu kendala belum berhasilnya transaksi akuisisi mayoritas saham PT Link Net Tbk (LINK) oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) ialah harga.
Sebelumnya manajemen LINK menyebutkan pelepasan saham kepada calon pemegang saham pengendali barunya, EXCL diperkirakan akan dilakukan di atas harga pasar saat ini alias premium.
Transaksi jual beli saham ini ditargetkan rampung sebelum akhir Agustus tetapi sudah September belum selesai. Namun John mengatakan salah satu faktornya harga yang belum sesuai, ditambah dengan kinerja LINK juga bagus.
"Saya sih baca di berita katanya mau dijual, tapi kita sih belum sepenuhnya setuju itu," kata John, dalam webinar bersama Indonesia Investment Education (IIE), dikutip Selasa ini (14/9).
Menurut dia, hingga saat ini masih belum ditetapkan harga yang spesifik mengenai rencana penjualan saham tersebut.
Pasalnya, Link Net merupakan perusahaan yang sehat dan memiliki kinerja yang baik dan kondisi keuangan yang baik tanpa utang.
Terlebih dengan kondisi pandemi Covid-19 yang saat ini masih berlanjut, perusahaan mengalami kelebihan kapasitas untuk permintaan data.
"Kembali ke Link Net, ini perusahaan very strong tapi tetap saya percaya kalau harganya pas, oke kita bisa exit dan kita bisa re-deploy," kata dia.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pemegang saham mayoritas Link Net bakal melepas kepemilikannya. Pemegang saham yang dimaksud adalah Grup Lippo melalui PT First Media Tbk (KBLV) dan perusahaan private equity global CVC Capital Partners via Asia Link Dewa Pte.
Kepemilikan saham Link Net oleh CVC (Asia Link Dewa) adalah sebesar 36,99%, sementara kepemilikan saham Link Net oleh First Media adalah 29,04%.
Dengan demikian, nantinya setelah transaksi tersebut, EXCL akan memiliki 1.816.735.484 atau setara dengan 66,03% saham LINK. Transaksi ini sekaligus akan menjadikan XL sebagai pengendali baru Link Net.
XL pun telah merencanakan untuk melakukan penawaran tender wajib yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9/2018 setelah transaksi ini dilakukan.
Sebelumnya CEO dan Direktur Utama Link Net Marlo Budiman mengatakan hingga saat ini masih belum dipastikan berapa tepatnya harga yang akan diberikan kepada XL.
"Tapi yang pasti premium, di atas harga saham sekarang," kata Marlo kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/8/2021).
Dia menyebutkan seluruh dana dari hasil pelepasan saham ini akan diterima oleh pemegang sahamnya yang melepas saham tersebut, sebab penjualan ini merupakan hasil divestasi dari pemegang saham eksisting saat ini. Jadi dana divestasi tidak masuk langsung ke LINK.
"Tapi LINK sudah punya cukup dana untuk menjalankan capex [capital expenditure/belanja modal] 2021 untuk network expansion dan penambahan pelanggan, dan juga untuk project MRO (Poles Migration)," lanjutnya.
Proyek Migration Roll Out (MRO) itu adalah migrasi dari tiang-tiang PLN ke tiang sendiri atau tiang partner.
Ke depan, dengan masuknya XL sebagai pemegang saham pengendali, perusahaan akan berfokus pada pengembangan jaringan dan menargetkan pertumbuhan pelanggan yang lebih agresif.
Selain itu, katanya, perusahaan juga akan masuk pada bisnis baru dengan mensinergikan infrastruktur dan backhaul capacity milik LINK dengan ekspansi jaringan 5G milik XL.
Data BEI mencatat, pada awal perdagangan Selasa ini (14/9), saham LINK turun 0,47% di Rp 4.260/saham dengan nilai transaksi Rp 1,17 miliar, sepekan saham ini naik 4% dan 3 bulan terakhir turun 5,3%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lippo Sebut Harga Gak Pas, Akuisisi LINK oleh XL Bakal Lama?
