Analisis

Tradingnya Ramai Banget, Kenapa Saham Bank Malah Nyungsep?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
14 September 2021 13:20
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham perbankan mendominasi daftar 10 besar saham dengan nilai transaksi tertinggi dalam sebulan terakhir di September ini. Namun, di tengah ramainya transaksi, mayoritas saham tersebut cenderung terkoreksi.

Berikut tabel kinerja 7 saham bank dengan nilai transaksi paling jumbo selama sebulan terakhir, mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI).

7 Saham Bank dengan Nilai Transaksi Tertinggi selama Sebulan

Emiten

Kode Saham

Harga Terakhir (Rp)

%

Nilai Transaksi (Rp)

Bank Rakyat Indonesia

BBRI

3,700

-2.17

10.4 T

Bank Central Asia

BBCA

32,775

2.26

10.0 T

Bank Jago

ARTO

14,925

-8.01

6.8 T

Bank Neo Commerce

BBYB

1,565

-4.57

6.2 T

Bank MNC Internasional

BABP

352

-15.25

5.0 T

Bank Mandiri

BMRI

6,150

2.5

4.6 T

Bank KB Bukopin

BBKP

444

-25.38

4.6 T

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga terakhir per 13 September 2021

Menurut data di atas, terdapat tiga saham raksasa bank BUKU IV (KBMI 4), yakni BBRI, BBCA, dan BMRI.

Kemudian, tiga saham bank mini atau bank BUKU II (KBMI 1 atau modal inti di bawah Rp 6 triliun), yakni ARTO, BBYB, dan BABP. Sementara, satu sisanya, BBKP, yang merupakan bank BUKU III.

Sebagai informasi, OJK tak lagi mengelompokkan bank berdasarkan BUKU (bank umum kelompok usaha), diganti dengan Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI berdasarkan POJK nomor 12 /POJK.03/2021 tentang Bank Umum yang dirilis pada 19 Agustus 2021 dan diteken sejak 30 Juli 2021.

Akan tetapi, dari tujuh saham tersebut, hanya dua saham yang berhasil menguat di tengah jumbonya nilai transaksi, yaitu BBCA dan BMRI. Sementara lima saham lainnya malah terkoreksi.

Saham bank pelat merah BBRI menjadi saham dengan nilai transaksi terbesar selama sebulan terakhir, yakni sebesar Rp 10,4 triliun. Namun, kinerja sahamnya masih negatif alias minus 2,17% ke Rp 3.700/saham.

Melemahnya saham BBRI ini tampaknya didorong aksi jual bersih (net sell) asing yang terbilang besar senilai Rp 503,95 miliar dalam sebulan di pasar reguler.

Nilai net sell tersebut menjadikan saham BBRI di posisi pertama saham dengan jumlah jual bersih asing terbesar dalam 30 hari terakhir.

Meskipun demikian, ada sentimen positif untuk saham BBRI, yakni BBRI akan melakukan aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue sebagai bagian dari pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro dan sudah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2021.

Prospektus rights issue menyebutkan, setiap pemegang satu miliar saham lama BBRI berhak untuk mendapat 230.128.553 HMETD yang dapat ditukarkan menjadi 1 saham BBRI di harga Rp 3.400/unit.

Perkiraan dana tunai yang dapat dihasilkan dari rights issue ini maksimal bernilai sekitar Rp 41,15 triliun, apabila seluruh pemegang saham mengeksekusi hak sesuai porsi yang dimiliki.

Dalam proses ini, pemerintah sebagai pemegang saham BBRI tidak menyetor dana tunai, tapi inbreng alias mengalihkan sahamnya di PT Permodalan Nasional Madani (Persero)/PNM dan PT Pegadaian (Persero) kepada BRI. Proses inbreng dilakukan pada Senin (13/9), sekaligus menjadi penanda terbentuknya holding ultra mikro dengan BRI menjadi induk usahanya.

Selain BBRI, ada tiga saham bank mini yang juga melemah seiring ramainya transaksi dalam sebulan. Saham ARTO, misalnya, mencatatkan nilai transaksi Rp 6,8 triliun, tetapi sahamnya ambles 8,01%.

Dalam sebulan terakhir harga saham bank mini memang cenderung ambles, kendati sempat mencuat pascarilis Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 tahun 2021 mengenai Bank Umum pada pertengahan Agustus lalu, yang juga mengatur mengenai bank digital.

Peraturan bernomor POJK No. 12/POJK.03/2021 ini berisi 19 bab dan 160 pasal.

Salah satu yang diatur dalam POJK bernomor adalah bank digital yang tercantum di Bab IV dalam aturan ini.

Lebih rinci, OJK membolehkan Bank Digital beroperasi hanya 1 kantor fisik sebagai Kantor Pusat. Berikutnya, Bank Digital boleh beroperasi tanpa kantor fisik atau dapat menggunakan kantor fisik yang terbatas.

Seiring OJK merilis beleid baru soal bank digital tersebut pada 19 Agustus lalu, saham BBYB, misalnya, sempat melesat selama 3 hari beruntun.

Namun, pascasentimen aturan bank digital tersebut mulai memudar, para investor cenderung kembali melego saham-saham bank mini. Alhasil, saham bank mini masih belum bisa memulihkan kinerjanya yang memang sudah terkoreksi sebelum tersengat sentimen beleid bank digital.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dekati Jenuh Jual, BBRI Berpeluang Rebound!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular