141 Ton Emas "Menguap", Pantas Saja Harganya Susah Naik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 September 2021 17:35
Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Senada dengan WGC, analis di Societe Generale (SocGen), bank investasi ternama asal Prancis, melihat inflow menjadi kunci bagi emas agar bisa kembali ke kembali mencapai US$ 2.000, dan inflow baru bisa terjadi ketika emas kembali menarik buat investasi.

Analis tersebut melihat, di tahun depan jika perekonomian kembali terganggu akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19), maka harga emas akan terdongkrak naik. Selain itu, risiko peningkatan krisis utang bisa memicu investasi baru di emas, yang pada akhirnya membuat harga emas melesat.

"Ekonom kami melihat adanya skenario pelambatan ekonomi akibat Covid-19, hal itu masih memberikan sentimen bullish ke emas, dan bisa menjadi salah satu yang signifikan, tetapi ada skenario lain yang bisa memicu lonjakan harga emas," kata analis tersebut.

"Jika krisis utang baru kembali muncul, inflow ke emas seharusnya akan meningkat," katanya.

Ketika inflow meningkat, maka harga emas akan kembali melesat. Tetapi, analis dari SocGen juga menyatakan dolar AS juga akan menguat, dan hal itu akan membatasi penguatan emas.

Oleh karena itu, SocGen melihat potensi emas ke US$ 2.000 di tahun dengan, dengan rata-rata harga US$ 1.750/troy ons.

Sementara itu bank investasi Goldman Sachs juga memprediksi emas dunia akan menguat di sisa tahun ini.

Dalam riset terbarunya, Goldman Sachs melihat harga emas akan mencapai US$ 2.000/troy ons di akhir tahun ini, sebabnya permintaan emas yang mulai pulih.

Senada dengan Goldman Sachs, Bloomberg Intellegence juga memprediksi emas dunia akan ke US$ 2.000/troy ons di tahun ini.

"Peningkatan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat dan ketergantungan terhadap quantitative easing membuat kami tetap mempertahankan proyeksi kenaikan harga emas, terutama setelah penurunan tajam dari level puncak di 2020," kata Mike McGlone, analis komoditas di Bloomberg Intelligence.

McGlone juga melihat di sisa tahun ini emas lebih mungkin akan mendekati US$ 2.000/troy ons, ketimbang tertahan di bawah US$ 1.700/troy ons.

"Katalis yang bisa membawa emas ke US$ 2.000/troy ons adalah sedikit koreksi pasar saham dan berlanjutnya penurunan yield Treasury. Kami melihat emas lebih mungkin mendekati resisten US$ 2.000 ketimbang di bawah US$ 1.700 di semester II tahun ini," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular