Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Market Cap Trio BCA-BRI-Telkom Jawara, TPIA Melesat Rp 19 T

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 September 2021 12:40
BCA
Foto: BCA REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kembali memburuk di tengah kekhawatiran pemodal akan pengetatan kebijakan (tapering off) moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) pada tahun ini.

Sepanjang pekan lalu, IHSG melemah 0,52% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (10/9/2021), IHSG memang ditutup menguat yakni 0,44%, namun masih belum mampu menembus kembali ke level psikologis 6.100.

Nilai perdagangan pada pekan lalu naik tipis menjadi Rp 55,5 triliun. Namun, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 13,1 triliun di seluruh pasar.

Dari data kapitalisasi pasar (market cap), BEI mencatat total 10 besar saham berkapitalisasi terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu kembali menurun, yakni menjadi Rp 2.846 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 2.862 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten10 Sept 2021No.Emiten3 Sept 2021No.Emiten27 Ags 2021
1.BCA/BBCA7961.BCA/BBCA8051.BCA/BBCA794
2.Bank BRI/BBRI4622.Bank BRI/BBRI4802.Bank BRI/BBRI469
3.Telkom/TLKM3303.Telkom/TLKM3363.Telkom/TLKM329
4.Mandiri/BMRI2864.Mandiri/BMRI2834.Mandiri/BMRI268
5.Astra/ASII2205.Astra/ASII2175.Bank Jago/ARTO213
6.Bank Jago/ARTO2036.Bank Jago/ARTO2016.Astra/ASII204
7.Unilever/UNVR1567.Unilever/UNVR1627.Unilever/UNVR154
8.Chandra Asri/TPIA1548.Chandra Asri/TPIA1358.Chandra Asri/TPIA149
9.Emtek/EMTK1229.Emtek/EMTK1259.Emtek/EMTK129
10.Sampoerna/HMSP11710.Sampoerna/HMSP11810.DCI Indonesia/DCII121

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (10/9/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu mengalami pelemahan. Hanya empat saham yang market cap-nya mengalami kenaikan.

Market cap saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu turun sebesar Rp 9 triliun menjadi Rp 796 triliun, dari sebelumnya pada pekan sebelumnya sebesar Rp 805 triliun.

Sedangkan market cap saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga turun sebesar Rp 18 triliun, sehingga jumlah market cap-nya per Jumat pekan lalu menjadi Rp 462 triliun. Penurunan market cap BBRI merupakan penurunan yang terbesar pada pekan lalu.

Sementara dari sisi market cap yang mengalami kenaikan, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menjadi penguatan yang terbesar pada pekan lalu, yakni sebesar Rp 19 triliun, menjadi Rp 154 triliun.

Sedangkan di posisi ke-10 pada pekan lalu masih diduduki oleh saham emiten rokok, PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) yang market cap-nya mencapai Rp 117 triliun, turun Rp 1 triliun dari pekan sebelumnya.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

NEXT: Sentimen Pasar Sepekan

Pada pekan lalu, data indeks keyakinan konsumen (IKK) periode Agustus telah dirilis, yang menandakan bahwa masyarakat Indonesia masih belum percaya diri dalam menatap perekonomian.

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK Indonesia periode Agustus 2021 berada di 77,3. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 80,2.

IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas. Jika di bawah 100, maka artinya konsumen pesimistis memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Ketika masyarakat tidak 'pede', maka tingkat konsumsi cenderung menurun, yang tentunya berisiko menekan pertumbuhan ekonomi.

Sehari setelahnya, BI melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Juli 2021 berada di 188,5. Nilai itu turun 5% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan -2.9% dari Juli 2020 (year-on-year/yoy).

Untuk Agustus 2021, BI memperkirakan IPR Berada di 196,5. Tumbuh 4,3% mtm tetapi masih terkontraksi 0,1% yoy. Dibandingkan Juli 2021 ada perbaikan baik secara mtm maupun yoy.

Satu data bagus dari dalam negeri yakni cadangan devisa (cadev) dilaporkan sebesar US$ 144,8 miliar di di akhir Agustus, naik US$ 7,5 miliar dari bulan sebelumnya.

Rekor cadangan devisa sebelumnya sebesar US$ 138,8 miliar yang dicapai pada bulan April lalu. Artinya, rekor kali ini jauh melewati catatan sebelumnya.

Di tengah beragamnya data ekonomi di dalam negeri, isu tapering atau program pengurangan pembelian aset (quantitative easing/QE) oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kembali berhembus juga turut memperberat kinerja IHSG pada pekan lalu.

The Fed akan menggelar rapat pada 21-22 September 2021. Semakin dekat ke waktu pelaksanaan rapat, hawa tapering kian terasa.

Sejumlah pejabat teras The Fed sudah menyuarakan bahwa tapering bisa mulai dilakukan tahun ini. Michelle 'Miki' Bowman, Anggota Dewan Gubernur The Fed, menilai arah kebijakan memang selalu ditentukan oleh data (data dependent). Namun berbagai data yang ada sudah mengarah ke perbaikan.

"Walau sebagian data belum sebaik yang kita perkirakan, tetapi kita tetap melihat ekonomi AS tumbuh tinggi. Kita sudah semakin dekat dengan target maximum employment (penciptaan lapangan kerja maksimal). Jika data mendukung, yang saya rasa demikian, maka menjadi layak (appropriate) bagi kami untuk memulai proses mengurangi pembelian aset pada tahun ini," papar Bowman dana sebuah acara yang dihelat American Bankers Association, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara James Bullard, Presiden The Fed St Louis, menilai bank sentral harus segera move on dan merealisasikan rencana pengurangan stimulus. Sebab, pasar tenaga kerja terlihat semakin kuat.

"Permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Jika kita bisa membuat pemberi kerja dan pencari kerja bertemu dan berharap pandemi bisa lebih terkendali, maka pasar tenaga kerja akan sangat kuat tahun depan. Jadi gambaran besarnya adalah tapering bisa dimulai tahun ini dan berakhir pada paruh pertama tahun depan," ungkap Bullard dalam wawancara bersama Financial Times, juga dikutip dari Reuters.

Kemudian Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, mengatakan tapering bisa saja mulai dilakukan tahun ini. Meski data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) agak mengecewakan.

Pada Agustus 2021, perekonomian AS menciptakan 235.000 lapangan kerja. Ini adalah yang terendah sejak Januari 2021.

"Saya tidak berpikir bahwa laporan ketenagakerjaan pada Agustus akan mengubah pandangan saya bahwa kita sudah mencapai kemajuan yang substansial. Saya merasa nyaman memulai tapering tahun ini," ungkap Mester, sebagaimana diwartakan Reuters.

Sejak masa pandemi, The Fed 'mengguyur' likuiditas di perekonomian melalui QE senilai US$ 120 miliar per bulan. Dana sebanyak itu membuat pasar berpesta-pora dan menciptakan mentalitas 'beli, beli, beli'.

Jika tapering mulai diterapkan, maka gelontoran likuiditas ini akan berkurang. Likuiditas akan mulai ketat, dan pelaku pasar bakal lebih mempertimbangkan risiko (risk-on) sebelum membeli aset.

Persepsi tersebut yang dominan mewarnai bursa saham dunia pada pekan lalu, sehingga membuat pasar saham global, termasuk IHSG mencatatkan kinerja buruknya pada pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular