Wah, Harga CPO yang Loyo Diramal Masih Berlanjut Pekan Depan
jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) bergerak liar di pekan ini. Sempat menguat tiga hari beruntun, CPO kemudian berbalik ambrol dalam dua hari hingga akhirnya mencatat pelemahan dalam sepekan.
Melansir data Refintiv, harga CPO untuk kontrak November di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,74% ke 4.278 ringgit (RM) per ton. Pada Jumat lalu harga minyak nabati ini ambrol hingga 2,6% yang membuat kinerjanya menjadi negatif di pekan ini.
Supply yang diperkirakan meningkat dari dua produsen utama, Indonesia dan Malaysia, membuat harga CPO jeblok di hari Jumat.
Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan stok CPO di akhir Agustus melonjak 25% dari bulan sebelumnya menjadi 1,87 juta ton. Jumlah stok tersebut menjadi yang terbesar dalam 14 bukan terakhir. Pasca rilis laporan tersebut, CPO bahkan sempat merosot hingga 3,2%.
MPOB juga melaporkan tingkat produksi naik 11,8% sementara ekspor merosot 17%, yang menjadi indikasi akan terjadi oversupply.
Sementara itu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan produksi CPO di bulan Juli sebesar 4,1 juta ton, naik 5,4% dari tahun lalu, tetapi mengalami penurunan 9,5% dari bulan Juni.
"Kombinasi Indonsia dan Malaysia membuat stok akhir di bulan Juli lebih dari 6 juta ton," kata Anilkumar Bagani, kepala riset di Sunvin Group, broker minyak nabati di Mumbai, sebagaimana dilansir Reuters.
Perusahan surveyor kargo Intertek Testing Services pada hari Jumat lalu memperkirakan pada periode 1 sampai 10 September, ekspor Malaysia diperkirakan akan melonjak hingga 57% menjadi 572.345 ton dari periode yang sama bulan Agustus sebesar 364,546 ton. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi akibat permintaan dari dua produsen utama, China dan India.
Meski demikian Bagani, memprediksi momentum lonjakan ekspor tersebut tidak akan berlanjut di paruh kedua bulan September.
Untuk pekan depan, banyak analis yang memprediksi CPO akan cenderung mengalami koreksi harga. Trader David Ng melihat CPO akan bergerak sideways dengan kecenderungan mengalami penurunan.
"Penurunan harga terjadi akibat kenaikan produksi yang akan membebani harga ke depannya. Tingkat produksi kemungkinan akan terus naik di bulan September," kata Ng, sebagimana dilansir Reuters Sabtu (11/9/20210).
Ng memperkirakan support CPO akan berada di kisaran RM 4.100 dan resisten di RM 4240/ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)