IMF & Mantan Bosnya "Bantu" Rupiah Menguat 3 Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 September 2021 15:41
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini, meski sempat terkoreksi pada Rabu lalu. Rupiah sukses membukukan penguatan 3 pekan beruntun. Selain dolar AS yang sedang terpuruk, ada "bantuan" dari Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) dan mantan bosnya yang membuat rupiah mampu perkasa.

Melansir data dari Refintiv, rupiah hari ini membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.250/US$. Tidak sempat merasakan zona merah, rupiah terus melaju hingga menembus Rp 14.190/US$ atau menguat 0,42%.

Di akhir perdagangan, penguatan rupiah terpangkas menjadi RP 14.200/US$ atau 0,35%. Meski demikian, level tersebut merupakan penutupan perdagangan terkuat sejak 11 Juni lalu.

Sepanjang pekan ini, rupiah sukses membukukan penguatan 0,42%, setelah pekan lalu melesat lebih dari 1%.

idr

Lemahnya dolar AS menjadi pemicu utama penguatan Mata Uang Garuda. Dolar AS mengalami tekanan setelah rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang mengecewakan.

Departemen Tenaga kerja AS pada Jumat pekan lalu melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) bulan Agustus dilaporkan sebanyak 235.000 orang, jauh di bawah median survei Reuters terhadap para ekonom sebanyak 728.000 orang.

Rilis tersebut menguatkan ekspektasi bank sentral (AS) The Fed baru akan melakukan tapering di akhir tahun ini, dan tidak menutup kemungkinan mundur di awal tahun depan jika data NFP selanjutnya yang dirilis awal bulan depan juga buruk.

Data tenaga kerja AS merupakan salah satu acuan utama The Fed dalam menentukan kapan waktu tapering. Tapering yang ditunda akan membuat dolar AS terpuruk.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) di pekan ini melaporkan cadangan devisa mencetak rekor tertinggi. Pada akhir Agustus cadangan devisa dilaporkan sebesar US$ 144,8 miliar naik US$ 7,5 miliar dari bulan sebelumnya.

Rekor cadangan devisa sebelumnya sebesar US$ 138,8 miliar yang dicapai pada bulan April lalu. Artinya, rekor kali ini jauh melewati catatan sebelumnya.

idr

Menurut BI lonjakan cadangan devisa di bulan Agustus terjadi karena adanya tambahan alokasi Special Drawing Right (SDR) sebesar 4,46 miliar atau setara US$ 6,31 miliar yang diterima oleh Indonesia dari Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF).

SDR merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh IMF dan dapat digunakan untuk transaksi keuangan negara-negara anggotanya.

Nilai SDR sendiri sendiri merupakan gabungan dari 5 mata uang, yakni dolar AS, euro, yuan China, yen Jepang, dan poundsterling, dengan bobot yang berbeda-beda tentunya. Dolar AS, seperti biasa menjadi yang paling besar bobotnya, disusul euro.

Dalam keterangannya, BI mengatakan Pada 2021, IMF menambah alokasi SDR dan mendistribusikannya kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, secara proporsional sesuai kuota masing-masing. Alokasi SDR tersebut didistribusikan kepada negara-negara anggota IMF tanpa biaya.

Peningkatan cadangan devisa artinya BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah ketika terjadi gejolak.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Mantan Bos IMF "Bantu" Rupiah Menguat 

Sementara itu pada hari ini, giliran mantan bos IMF, Christine Lagarde, yang "membantu" rupiah menguat. Lagarde yang kini menjabat Presiden bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kemarin mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Inflasi yang tinggi di zona euro 3% dan berada di level tertinggi satu dekade kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 yang cukup kuat 2% membuat ECB mengurangi nilai pembelian asetnya atau yang dikenal dengan Pandemic Emergency Purchase Program (PEPP), meski tidak menyebutkan berapa nilainya.

"Berdasarkan penilaian bersama tekait kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur memutuskan untuk melanjutkan program PEPP dengan menurunkan nilainya secara moderat dibandingkan dua kuartal sebelumnya," tulis pernyataan ECB sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis (9/9/2021).

Selain itu, ECB juga mempertahankan suku bunga acuan 0%, lending facility 0,25% dan deposit facility -0,5%.

Lagarde, dalam konferensi persnya mengatakan keputusan tersebut diambil dengan suara bulat.

Dalam dua kuartal sebelumnya, nilai pembelian aset ECB sebesar 80 miliar euro per bulan, selanjutnya para analis memprediksi nilainya akan turun menjadi 70 miliar euro hingga 60 miliar euro.

Dampak dari keputusan ECB tersebut, euro menguat melawan dolar AS. Indeks dolar AS yang sebelumnya menguat 2 hari beruntun berbalik melemah 0,19% kemarin, dan 0,11% sore ini yang pada akhirnya membuat rupiah mampu menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular