Sebulan Listing, Intip Data Terbaru Investor Saham Bukalapak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah resmi melantai di bursa selama satu bulan penuh, tepatnya 6 Agustus lalu dengan harga perdana Rp 850/saham dan meraih dana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Rp 22 triliun, terbesar dalam sejarah RI.
EmitenĀ ini bermula dari perusahaan rintisan teknologi didirikan pada tanggal 9 September 2011 oleh Achmad Zaky, Muhamad Fajrin Rasyid, dan Nugroho Herucahyono, kini menjadi salah satu e-commerce terbesar di Tanah Air.
Dalam penawaran publik perdana BUKA melepas 25% kepemilikan saham kepada publik di harga penawaran Rp 850 per saham dan mampu mengumpulkan dana sebesar Rp 21,90 triliun.
Lalu bagaimana profil pemegang saham perseroan saat ini, setelah satu bulan Bukalapak melantai di bursa?
Berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek yang terbit di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga akhir Agustus 2021 tercatat bahwa Eddy Kusnadi Sariaatmadja, bos Grup Emtek, masih merupakan pemilik manfaat perseroan (ultimate beneficiary owner).
Kepemilikan sahan Eddy di Bukalapak bersifat tidak langsung melalui PT Kreatif Media Karya (KMK) yang merupakan pengendali Bukalapak dan pemegang saham mayoritas sebesar 23.93%.
Pemegang saham pengendali dari KMK sendiri adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) yang dikendalikan secara langsung oleh Eddy. Berdasarkan Laporan Tahunan Emtek 2020, saham 99,9% saham KMK dikuasai oleh Emtek.
Sama seperti Eddy, Jack Ma yang merupakan pendiri Alibaba juga merupakan pemilik tidak langsung saham Bukalapak.
API (Hong Kong)merupakan perusahaan investasi milik Ant Group yang terafiliasi dengan konglomerasi Alibaba tercatat memiliki 13,448,351,573 atau setara dengan 13,05% kepemilikan perusahaan.
Sedangkan penguasa lain adalah Archipelago Investment, perusahaan investasi asal Singapura yang merupakan anak usaha dari GIC salah satu kendaraan investasi yang mengelola dana abadi negara Singapura.
Total kepemilikan saham Archipelago Investment mencapai 9.45%, angka ini di luar pembelian sebanyak 1.600.797.400 saham Bukalapak atau setara dengan 1,553% oleh GIC tanggal 5 Agustus lalu.
Tiga entitas tersebut menguasai total 46,43% kepemilikan saham Bukalapak, yang berarti 53,67% sisanya dimiliki oleh perseroan atau perorangan dengan kepemilikan masing-masing di bawah 5%.
Tercatat secara total direksi perusahaan menggenggam 1,68% kepemilikan saham, dengan porsi terbesar dimiliki oleh Willix Halim sebesar 1,4% yang menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Bukalapak.
Perubahan utama yang terjadi adalah terkait jumlah pemegang saham di Bukalapak, dari semula berjumlah 95.908, bulan ini meningkat 27,38% menjadi 132.082 akibat pemegang saham besar melego kepemilikannya kepada investor retail.
Absen dalam daftar pemegang saham adalah ketiga pendiri Bukalapak, hal ini karena kepemilikan saham masing-masing dari mereka tidak mencapai 5% dan juga bukan bagian dari dewan direksi ataupun komisaris Bukalapak.
Terakhir jejak kepemilikan saham mereka terlihat dari prospektus IPO perusahaan, di mana kepemilikan saham Achmad Zaky Syaifudin terdilusi menjadi 4,32% pasca-IPO.
Muhamad Fajrin Rasyid yang saat ini menjabat sebagai direktur di Telkom sahamnya terdilusi menjadi 2,64%, sedangkan saham Nugroho Herucahyono berkurang menjadi 2,08% setelah proses penawaran publik terlaksana.
Pada penutupan perdagangan sesi II Kamis (9/9), saham BUKA tercatat turun 3,55% ke level Rp 815 per saham atau sudah berada di bawah harga IPO dengan kapitalisasi pasar Rp 84 triliun.
Dalam sepekan saham ini melemah 7,39%, sedangkan dalam sebulan mengalami koreksi 21,26%.
[Gambas:Video CNBC]
Wow! Jumlah Investor Bukalapak Salip ASII, Banyak Nyangkuter?
(tas/tas)