
Dear Investor Ritel! Asing Masuk, Saham Bukalapak Mencuat 5%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten e-commerce PT Bukalapak Tbk (BUKA) akhirnya ditutup menguat di zona hijau pada sesi II perdagangan hari ini, Senin (23/8/2021). Saham BUKA berhasil rebound dari koreksi pada perdagangan Jumat pekan lalu (20/8).
Menurut data Bursa Efek Indonesia BEI (BEI), saham BUKA melesat 5,20% ke Rp 910/saham. Nilai transaksi saham BUKA mencapai Rp 544,86 miliar, tertinggi kedua di bursa hari ini. Sementara, volume perdagangan 603,75 juta saham dan kapitalisasi pasar Rp 93,79 triliun.
Di tengah kenaikan ini, investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) Rp 94,47 miliar. Dalam sepekan, aliran dana asing yang masuk ke saham BUKA mencapai Rp 755,02 miliar di pasar reguler, tetapi melakukan aksi jual bersih (net sell) Rp 8,28 miliar di pasar negosiasi dan pasar tunai.
Kendati menguat, dalam sepekan saham BUKA masih minus 4,71%. Sementara, sejak pencatatan saham penawaran perdana (initial public offering/IPO) pada 6 Agustus lalu saham BUKA sudah naik 7,06%.
Harga saham BUKA sempat berada di bawah harga IPO Rp 850/saham pada Rabu (18/8) minggu lalu ketika ditutup di harga Rp 830/saham. Hal tersebut terjadi usai saham ini mengalami koreksi selama 5 hari beruntun atau sejak hari ketiga melantai di bursa.
Terkait dengan potensi saham BUKA ini, analis riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, dalam riset per 9 Agustus, juga sudah memasukkan saham BUKA dalam 8 top picks Mirae Asset pada Agustus ini.
Tujuh saham lainnya yakni PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Prodia Wdyahusada Tbk (PRDA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Menurut Hariyanto, dari segi pasar, dengan mulai melantainya saham teknologi pertama di dalam negeri yakni BUKA, dan selanjutnya akan disusul oleh perusahaan lainnya dinilai akan dapat mengikuti jalur yang sama dengan pasar saham Amerika Serikat di mana perusahaan teknologi sekarang mendominasi 5 kapitalisasi pasar terbesarnya.
Hal ini juga ditunjang dengan gross merchandise value (GMV) Indonesia yang diperkirakan oleh lembaga Bain bisa bertumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) atau rata-rata tahunan pada periode 2020-2025 sebesar 23%, dari US$ 44 miliar atau setara dengan Rp 638 triliun (kurs Rp 14.500/US$) pada 2020 menjadi US$ 124 miliar atau setara Rp 1.798 triliun pada 2025.
Menurut dia, dua raksasa teknologi, yakni BUKA dan GoTo akan dapat memonetisasi tren yang meningkat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
"Kami pikir perusahaan teknologi raksasa, seperti Bukalapak dan GoTo akan dapat memonetisasi tren yang meningkat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia," kata Hariyanto Wijaya.
Berdasarkan data resmi BEI, jumlah saham BUKA yang dicatatkan 103.062.019.354 saham, terdiri dari saham pendiri 77.296.514.554 saham dan penawaran umum 25.765.504.800 saham.
Untuk jumlah saham penawaran umum itu setara dengan 25,0% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dengan harga perdana Rp 850/saham.
Harga penawaran ditetapkan di angka penawaran tertinggi Rp 850/unit, dengan begitu total dana yang diraup mencapai Rp 21,9 triliun.
Berdasarkan prospektus IPO, seluruh dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan untuk modal kerja perseroan sebanyak sekitar 66%, sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja entitas anak.
Entitas anak yang dimaksud yakni sekitar 15% dialokasikan kepada PT Buka Mitra Indonesia (BMI), 15% dialokasikan kepada PT Buka Usaha Indonesia (BUI), sekitar 1% dialokasikan kepada PT Buka Investasi Bersama (BIB), sekitar 1% dialokasikan kepada PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), sekitar 1% kepada Bukalapak Pte. Ltd. (BLSG) dan sekitar 1% dialokasikan kepada PT Five Jack (Five Jack Indonesia).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BUKA ARB, Sentuh All Time Low Lagi!