Laba Tergerus Kenaikan Cukai, Ini Aksi dari Gudang Garam

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 September 2021 15:22
foto : www.gudanggaramtbk.com
Foto: www.gudanggaramtbk.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mengakui kenaikan cukai rokok rerata 12,5% yang berlaku efektif tahun ini berimbas pada penurunan kinerja perseroan.

Hal ini berimbas pada penurunan laba bersih GGRM yang anjlok sebesar 39,53% secara tahunan pada semester pertama tahun ini menjadi Rp 2,31 triliun dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 3,82 triliun.

Menurut Direktur GGRM, Heru Budiman, perseroan sudah mengantisipasi dampak kenaikan harga cukai rokok tersebut dengan menaikkan harga jual.

"Perbaikan profitabilitas hanya bisa terjadi kalau ada kenaikan harga di mana selama 2020, kenaikan harga kita tidak terlalu banyak sehingga mengakibkatkan turunnya gross profit," kata Heru, dalam paparan publik, Kamis (9/9/2021).

Pada tahun ini saja, emiten produsen rokok asal Kediri, Jawa Timur ini sudah dua kali menaikkan harga jual pada April dan Mei masing-masing sebesar Rp 500.

"Ini diharapkan akan bisa menahan penurunan dari profitabilitas, mudah-mudahan bisa memperbaiki mengingat timing kenaikan harga itu hanya diawali di April dan Mei kemudian Juli-September 2020," kata Heru menambahkan.

Dia juga menambahkan, kenaikan cukai menyebabkan naiknya biaya produksi rokok. Selain menaikkan harga jual, perseroan juga mengantisipasinya dengan tidak membuat produk yang paling mahal di pasaran.

Pasalnya, selama masa pandemi, nyatanya tidak mengurangi masyarakat untuk berhenti mengkonsumsi rokok, melainkan menurunkan konsumsinya ke harga rokok yang lebih murah.

Hal ini terlihat dari pendapatan dan penjualan usaha GGRM mengalami kenaikan sebesar 12,92% dari posisi semester I 2020 mencapai Rp 53,65 triliun menjadi Rp 60,59 triliun pada periode yang sama tahun ini. Pos penjualan sigaret kretek mesin (SKM) menjadi penyumbang tertinggi dengan nilai Rp 54,97 triliun. Sementara, di posisi kedua ada segmen sigaret kretek tangan (SKT) dengan nilai penjualan Rp 4,21 triliun.

Perseroan juga akan terus memantau setiap kenaikan harga yang diberlakukan dan melihat bagaimana respons pasar.

"Kenaikan harga dilakukan bertahap sambil melihat apa yang dilakukan kompetitor di pasar," tandasnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Gudang Garam Mulai Bangkit, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular