Jelang Rilis Data Inflasi China, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 09/09/2021 08:40 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (9/9/2021), di tengah sikap investor yang menanti rilis data inflasi China periode Agustus 2021.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,53%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,1%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,24%, Straits Times Singapura turun 0,29%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,59%.

Data inflasi China yang tergambarkan pada indeks harga konsumen (IHK) periode Agustus 2021 akan dirilis pada pagi hari ini pukul 09:30 waktu setempat.


Pasar saham Asia juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang melemah pada perdagangan Rabu (8/9/2021) waktu setempat.

Bursa saham AS, Wall Street menutup perdagangan Rabu kemarin di zona koreksi, menyusul kekhawatiran investor melihat prospek pertumbuhan ekonomi AS di tengah penyebaran virus corona (Covid-19) varian delta.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,2% ke level 35.031,07, sedangkan S&P 500 turun 0,13% ke 4.514,09, dan Nasdaq terkoreksi 0,57% ke posisi 15.286,64 atau menjadi koreksi pertama dalam lima hari terakhir.

Investor mengantisipasi pasar yang penuh volatilitas pada September. Koreksi berpeluang terjadi setelah indeks S&P 500 telah menguat 20% sepanjang tahun berjalan, tanpa sekalipun pernah terkoreksi hingga sebesar 5%.

"Reli di musim panas menuju level tertinggi baru indeks S&P 500 dengan potensi terpaan kenaikan suku bunga acuan ke depan, memicu perdebatan di kalangan investor apakah saham AS bisa membuat reli yang berarti hingga akhir tahun ini dan tahun depan," tulis UBS dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Departemen Tenaga Kerja AS merilis data penyerapan tenaga kerja dan survei keluar-masuk orang dari bursa kerja. Sebanyak 10,9 juta orang mendapat pekerjaan pada Juli, dan angka pembukaan lapangan kerja melampaui angka pengangguran dengan selisih lebih dari 2 juta.

Di sisi lain, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) merilis survei aktivitas bisnis yang tertuang dalam "Beige Book."

The Fed menilai pelaku bisnis tengah menghadapi kenaikan inflasi yang kian intensif akibat keterbatasan pasokan barang dan akan memicu kenaikan harga di tingkat konsumen pada area tertentu.

The Fed juga melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah sedikit tertekan ke level moderat di tengah kenaikan risiko kesehatan publik sepanjang Juli hingga Agustus.

"Perlambatan aktivitas ekonomi terutama terkait dengan berkurangnya aktivitas makan di restoran, perjalanan, dan pariwisata di banyak wilayah, merefleksikan keprihatinan terkait munculnya varian delta, dan dalam beberapa kasus, pembatasan perjalanan internasional," tulis The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"