Masih Tinggi, Ini Proyeksi Vale untuk Harga Nikel

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 September 2021 16:35
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memproyeksikan harga nikel masih tinggi dalam 2-3 tahun ke depan.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto.

Dalam Public Expose Live 2021, Rabu (8/9/2021), dia mengakui masalah harga adalah di luar kontrol perusahaan. Namun, melihat pasokan dan permintaan nikel saat ini menunjukkan ada tren yang positif.

"Kalau melihat perkiraan atau analisis pasar (harga) akan tetap baik di 2-3 tahun mendatang. Saat ini suplai dan demand tunjukkan tren yang positif. Jadi suplai ada sentimen positif dan demand juga ada sentimen positif," ungkapnya.

Dia mengatakan, sampai akhir tahun ini diperkirakan pasar nikel dunia akan sedikit mengalami surplus. Diperkirakan harga nikel akan masih berada di kisaran US$ 17.000-US$ 18.000 per ton.

Dengan kondisi harga yang diperkirakan masih tinggi, maka pihaknya berharap ini bisa memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan ke depannya. Pasalnya, harga menjadi salah satu pendukung pencapaian target pendapatan dan profit perusahaan, selain produksi dan biaya.

"Diharapkan, dengan optimalkan produksi, kontrol biaya, dan harapkan harga nikel masih baik, bisa memaksimalkan pendapatan dan profit perusahaan," ungkapnya.

Seperti diketahui, pada semester I 2021 Vale membukukan laba bersih sebesar US$ 58,8 juta atau sekitar Rp 847 miliar (asumsi kurs Rp 14.400 per US$), naik 11% dibandingkan semester I 2020 yang tercatat sebesar US$ 53,1 juta.

Adapun pendapatan pada paruh pertama 2021 ini tercatat mencapai US$ 414,9 juta atau sekitar Rp 5,9 triliun, naik 15% dibandingkan semester I 2020 yang sebesar US$ 360,4 juta.

Meski produksi turun, ini juga terbantu oleh kenaikan harga rata-rata nikel, di mana pada semester I 2021 harga rata-rata nikel mencapai US$ 13.520 per ton, melonjak 37% dibandingkan harga rata-rata pada semester I 2020 yang sekitar US$ 9.846 per ton.

Harga nikel dunia dibuka turun tipis pada perdagangan kemarin, Selasa (07/09/2021). Koreksi tersebut disebabkan aksi ambil untung (profit taking) oleh investor mengingat harga nikel sudah mencapai titik resistensinya.

Pada Selasa (7/9/2021) pukul 07:05 WIB, harga nikel dunia pasar LME (London Metal Exchange) tercatat US$ 19.592,50/ton, turun 0,15% dari posisi hari sebelumnya.

Harga nikel dunia saat ini berada di resisten kuatnya di area US$ 19.890 sampai US$ 20.100/ton. Resisten ini terbentuk pada tiga periode yaitu tanggal 22 Februari 2021, 29 Juli 2021, dan 3 September 2021.

Sejak harga terendah (low position) terakhir pada 20 Agustus 2021, harga nikel sudah naik 8,11%. Jadi, wajar jika terdapat aksi ambil untung.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Smelter Nikel Baru Bertebaran, Ini Cara Vale Jaga Daya Saing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular