Cadangan Devisa RI Cetak Rekor Tertinggi, Terima Kasih IMF!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 September 2021 12:05
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Cadangan devisa Indonesia biasanya digunakan untuk melakukan intervensi ketika rupiah mengalami gejolak. Tetapi, melihat rupiah yang perkasa pada Agustus, tentunya kebutuhan intervensi menjadi minim, cadangan devisa pun tak tergerus.

Sepanjang bulan Agustus, nilai tukar rupiah mampu menguat 1,35% melawan dolar AS, sementara di Juli sebesar 0,24%. Artinya, rupiah sudah menguat 2 bulan beruntun melawan dolar AS.

Rupiah mampu menguat meski isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang akan dilakukan bank sentral AS (The Fed), semakin jelas. Ketua The Fed, Jerome Powell, sudah menyatakan tapering akan tepat dilakukan di tahun ini.

Tetapi, dolar AS malah berbalik merosot, tidak seperti di tahun 2013 yang menguat tajam, memicu gelojak di pasar hingga disebut taper tantrum. Artinya, The Fed sukses melakukan komunikasi dengan pasar mengenai tapering, sehingga tidak memicu taper tantrum.

Ke depannya, rupiah berpeluang lebih stabil.

Selain itu, harga komoditas andalan Indonesia juga terus menanjak. Harga batu bara acuan Ice Newcastle terus meroket hingga mencapai US$ 171/ton di Agustus, tertinggi sejak tahun 2008. Di awal bulan ini, bahkan melesat lagi ke US$ 178/ton, melansir data Refinitiv.

idr

Rata-rata harga batu bara Ice Newcastle di bulan Agustus sebesar US$ 162,35/ton meroket lebih dari 13% dari harga rata-rata di bulan Juli.

Alhasil, harga Batu bara Acuan (HBA) bulan Agustus 2021 naik tajam hingga ke angka US$ 130,99 per ton dari US$ 115,35 per ton pada Juli 2021. HBA Agustus 2021 ini merupakan angka tertinggi lebih dari 1 dekade terakhir.

Kabar baiknya lagi, HBA bulan September makin tinggi. Artinya, ekspor batu bara di bulan ini bisa berdampak positif lagi bagi cadangan devisa.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan September 2021 sebesar US$ 150,03 per ton,

Agung mengatakan lonjakan HBA ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan batu bara di China, khususnya untuk pembangkit listrik, yang melampaui pasokan batu bara domestiknya.

"Ini adalah angka yang cukup fenomenal dalam dekade terakhir. Permintaan China yang tinggi melebihi kemampuan produksi domestiknya serta meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam melambungkan HBA ke angka US$ 150,03 per ton," papar Agung, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Selasa (07/09/2021)

Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Harga rata-rata CPO di bursa derivatif Malaysia di bulan Agustus sebesar 4.448 ringgit (RM) per ton, naik 6,6% dari rata-rata bulan Juli.

Harga CPO tersebut juga tidak jauh dari rekor tertinggi sekitar RM 4.700/ton yang dicapai pada pertengahan Mei lalu.

Penguatan batu bara dan CPO tersebut bisa menjaga cadangan devisa di bulan ini, dan tidak menutup kemungkinan kembali bertambah jika rupiah stabil dan tidak ada pembayaran utang jatuh tempo pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular