Cadangan Devisa RI Cetak Rekor Tertinggi, Terima Kasih IMF!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 September 2021 12:05
Dollar
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik datang dari posisi cadangan devisa Indonesia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada akhir Agustus lalu. Tidak sekedar mencetak rekor, tetapi jauh melewati rekor sebelumnya.

Bank Indonesia (BI) pada hari ini mengumumkan cadangan devisa per akhir Agustus 2021 sebesar US$ 144,8 miliar. Naik US$ 7,5 miliar dari bulan sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Rekor cadangan devisa sebelumnya sebesar US$ 138,8 miliar yang dicapai pada April 2021.

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2021 tercatat sebesar 144,8 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2021 sebesar 137,3 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar keterangan tertulis BI, Selasa (7/9/2021).

idr

Menurut BI lonjakan cadangan devisa di bulan Agustus terjadi karena adanya tambahan alokasi Special Drawing Right (SDR) sebesar 4,46 miliar atau setara US$ 6,31 miliar yang diterima oleh Indonesia dari Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF).

SDR merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh IMF dan dapat digunakan untuk transaksi keuangan negara-negara anggotanya. Nilai SDR sendiri sendiri merupakan gabungan dari lima mata uang, yakni dolar AS, euro, yuan China, yen Jepang, dan poundsterling Inggris, dengan bobot yang berbeda-beda. Dolar AS, seperti biasa, menjadi yang paling besar bobotnya, disusul euro dan yuan. 

Dalam keterangannya, BI mengatakan pada 2021, IMF menambah alokasi SDR dan mendistribusikannya kepada seluruh negara anggota, termasuk Indonesia, secara proporsional sesuai kuota masing-masing. Alokasi SDR tersebut didistribusikan kepada negara-negara anggota IMF tanpa biaya.

IMF hingga saat ini memiliki SDR 660,7 miliar atau setara US$ 943 miliar secara total, melansir situs resmi IMF. Dari total sebesar, sebanyak SDR 456 miliar dialokasikan dan didistribusikasn mulai 23 Agustus lalu. Alokasi dan distribusi tersebut dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah.

IMF menyebut alokasi tersebut ditujukan untuk mendukung cadangan devisa global dalam jangka panjang, serta membantu negara-negara menghadapi dampak pandemi Covid-19.

Tanpa SDR dari IMF, cadangan devisa Indonesia masih tetap meningkat sekitar US$ 1,2 miliar. Rupiah yang perkasa, dan harga komoditas yang meroket di bulan Agustus juga menopang penambahan cadangan devisa.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Minim Intervensi, Harga Komoditas Meroket

Cadangan devisa Indonesia biasanya digunakan untuk melakukan intervensi ketika rupiah mengalami gejolak. Tetapi, melihat rupiah yang perkasa pada Agustus, tentunya kebutuhan intervensi menjadi minim, cadangan devisa pun tak tergerus.

Sepanjang bulan Agustus, nilai tukar rupiah mampu menguat 1,35% melawan dolar AS, sementara di Juli sebesar 0,24%. Artinya, rupiah sudah menguat 2 bulan beruntun melawan dolar AS.

Rupiah mampu menguat meski isu tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang akan dilakukan bank sentral AS (The Fed), semakin jelas. Ketua The Fed, Jerome Powell, sudah menyatakan tapering akan tepat dilakukan di tahun ini.

Tetapi, dolar AS malah berbalik merosot, tidak seperti di tahun 2013 yang menguat tajam, memicu gelojak di pasar hingga disebut taper tantrum. Artinya, The Fed sukses melakukan komunikasi dengan pasar mengenai tapering, sehingga tidak memicu taper tantrum.

Ke depannya, rupiah berpeluang lebih stabil.

Selain itu, harga komoditas andalan Indonesia juga terus menanjak. Harga batu bara acuan Ice Newcastle terus meroket hingga mencapai US$ 171/ton di Agustus, tertinggi sejak tahun 2008. Di awal bulan ini, bahkan melesat lagi ke US$ 178/ton, melansir data Refinitiv.

idr

Rata-rata harga batu bara Ice Newcastle di bulan Agustus sebesar US$ 162,35/ton meroket lebih dari 13% dari harga rata-rata di bulan Juli.

Alhasil, harga Batu bara Acuan (HBA) bulan Agustus 2021 naik tajam hingga ke angka US$ 130,99 per ton dari US$ 115,35 per ton pada Juli 2021. HBA Agustus 2021 ini merupakan angka tertinggi lebih dari 1 dekade terakhir.

Kabar baiknya lagi, HBA bulan September makin tinggi. Artinya, ekspor batu bara di bulan ini bisa berdampak positif lagi bagi cadangan devisa.

Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan September 2021 sebesar US$ 150,03 per ton,

Agung mengatakan lonjakan HBA ini dipicu oleh meningkatnya kebutuhan batu bara di China, khususnya untuk pembangkit listrik, yang melampaui pasokan batu bara domestiknya.

"Ini adalah angka yang cukup fenomenal dalam dekade terakhir. Permintaan China yang tinggi melebihi kemampuan produksi domestiknya serta meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam melambungkan HBA ke angka US$ 150,03 per ton," papar Agung, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian, Selasa (07/09/2021)

Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Harga rata-rata CPO di bursa derivatif Malaysia di bulan Agustus sebesar 4.448 ringgit (RM) per ton, naik 6,6% dari rata-rata bulan Juli.

Harga CPO tersebut juga tidak jauh dari rekor tertinggi sekitar RM 4.700/ton yang dicapai pada pertengahan Mei lalu.

Penguatan batu bara dan CPO tersebut bisa menjaga cadangan devisa di bulan ini, dan tidak menutup kemungkinan kembali bertambah jika rupiah stabil dan tidak ada pembayaran utang jatuh tempo pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dari Rekor Tertinggi, Cadangan Devisa Kini Terendah di 2021!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular