
Kenapa IHSG Gak Kuat Tembus 6.200? OJK Ungkap Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen membeberkan alasan kenapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini masih bergerak sideways (menyamping) dan bertahan di level psikologis 6.000-an.
Hoesen mengungkapkan, terdapat sejumlah sentimen menyebabkan IHSG betah di level tersebut.
Pertama, memasuki triwulan kedua, terdapat sentimen global yang mempengaruhi kinerja pasar modal Indonesia, antara lain munculnya varian baru Covid-19, yaitu varian delta di India, kebijakan karantina wilayah (lockdown) di beberapa negara, pernyataan WHO yang menerangkan bahwa pandemi belum akan berakhir.
Selanjutnya, kebijakan pemerintah dalam memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sejak 3 Juli yang terus diperpanjang hingga saat ini, juga terus memberikan dampak pada kinerja pasar modal Indonesia.
Meskipun demikian, OJK menilai pelaku pasar sudah cukup siap dalam merespons hal tersebut.
"Terbukti sampai dengan saat ini, pasar masih bergerak sideways dengan trend IHSG masih mencoba bertahan di level 6.000 dan terkadang menunjukkan penguatan seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi nasional," ungkap Hoesen, di acara pembukaan Public Expose Live, Senin (6/9/2021).
Berdasarkan data OJK sampai dengan 31 Agustus 2021, IHSG berada pada posisi 6.150,07 poin atau naik sebesar 2,86% secara tahunan.
Sementara itu, nilai market capitalization juga mengalami peningkatan sebesar 6,13%% sejak awal tahun dari sebelumnya sebesar Rp 6.968,94 triliun per menjadi sebesar Rp 7.395,89 triliun.
Dari sisi supply, OJK juga telah mengeluarkan surat pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum untuk 126 emisi, dengan total nilai hasil penawaran umum mencapai Rp 255,45 triliun, 38 di antaranya adalah emiten baru. Penambahan jumlah Emiten baru ini juga tercatat masih tertinggi di Bursa ASEAN.
Sementara itu, dari sisi demand, kata Hoesen, jumlah investor terus bertumbuh secara signifikan. OJK mencatat jumlah SID mencapai 6,09 juta atau meningkat sebesar 56,95% secara year to date. SID atau Single Investor Identification adalah identitas tunggal investor yang digunakan untuk melakukan aktivitas di pasar modal Indonesia.
Peningkatan jumlah investor ini didominasi oleh kaum milenial dan generasi Z yang berumur di bawah 30 tahun yang tercatat mencapai 58,45% dari total Investor.
"Berbagai indikator pasar yang bergerak cukup positif tersebut, cukup memberikan optimisme terkait perkembangan pasar modal Indonesia di tahun 2021," tandas Hoesen.
Pada penutupan pasar Senin ini (6/9), IHSG ditutup naik tipis 0,00% di 6.126, dengan nilai transaksi Rp 10,18 triliun.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ternyata Ini Pemicu IHSG Gagal Tembus 6.200 versi OJK