Bukan Dolar AS, Ini Mata Uang yang Cuan Jumbo Saat Tapering
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang terpuruk belakangan ini. Dalam 11 hari perdagangan, indeks dolar AS sudah melemah sebanyak 10 kali, dan berada di level terendah satu bulan.
Outlook untuk jangka pendek hingga menengah juga masih membingungkan bagi pelaku pasar. Dalam dunia perdagangan mata uang asing (foreign exchange/Forex), memegang dolar AS kini tentu berisiko lebih besar.
Sepanjang tahun ini, indeks dolar AS masih membukukan penguatan sekitar 3%. Tetapi, hasil survei terbaru dari Reuters menunjukkan mayoritas analis melihat penguatan tersebut akan terpangkas di sisa tahun ini, dan outlook jangka pendek serta menengah semakin tidak pasti. Survei tersebut dilakukan pada 30 Agustus hingga 2 September lalu, hampir 60 analis mata uang mengatakan hal tersebut.
"Ada dua faktor penting yang menentukan arah dolar AS. Yang pertama adalah pemulihan ekonomi global dan momentum yang kita lihat belakangan ini, dan yang kedua sudah pasti respon bank sentral," kata Kerry Craig, analis dari JP Morgan Asset Management di Melbourne, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (3/9/2021).
Untuk saat ini, baru bank sentral AS (The Fed) yang berancang-ancang merespon pemulihan ekonomi global, dan khususnya ekonomi Amerika Serikat. The Fed, sudah membuka wacana akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE). Langkah yang diperkirakan akan membuat dolar AS menguat, tetapi nyatanya belakangan ini malah tertekan.
Survei yang dilakukan Reuters juga menunjukkan sebanyak 75% dari 51 analis memperkirakan The Fed akan mengumumkan tapering di kuartal IV-2021.
Reuters juga mengatakan, belum tercapai konsensus dalam 3 bulan ke depan kemana dolar AS akan melangkah. Sebanyak 42% memperkirakan dolar AS akan menguat, 38% melihat akan tetap berada di level saat ini, dan 20% melihat akan melemah.
Selain itu, dalam 12 bulan ke depan, dolar AS masih diprediksi akan melemah. Tetapi survei kali ini juga menunjukkan seberapa yakin akan pelemahan tersebut. Sebanyak 38% masih yakin, 48% tidak yakin, dan sisanya tidak yakin sama sekali.
Hasil survei tersebut menunjukkan para analis masih kebingungan menentukan kemana arah dolar AS ke depannya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Bakal K.O. Ini Mata Uang yang Bisa Cuan Jumbo
(pap/pap)