
Bukan Dolar AS, Ini Mata Uang yang Cuan Jumbo Saat Tapering

Meski arah pergerakan dolar AS masih diragukan, tetapi mata uang emerging market diprediksi akan melemah melawan dolar AS ketika tapering dilakukan, dan yang terbaik masih bergerak dalam rentang saat ini dalam enam bulan ke depan.
Mata uang emerging market tersebut disebut "lima yang rapuh", yakni lira Turki, rand Afrika Selatan, real Brasil, rupee India, dan Rupiah, menjadi yang paling berisiko tertekan, seperti yang terjadi pada tahun 2013.
"Dolar AS cenderung melemah ketika risk appetite pelaku pasar meningkat, dan mengalirkan modalnya ke negara emerging market. Kini kita melihat virus corona varian delta menggoyang pasar Asia, dan tingkat ketidakpastian meningkat akibat perdebatan mengenai tapering," kata Jane Foley, kepala strategi mata uang di Rabobank London.
"Itu merupakan kombinasi yang membuat aliran modal kembali ke dolar AS. Jika dolar AS kembali melemah, kita akan melihat aliran modal yang besar kembali ke negara emerging market, tetapi saya tidak melihat itu akan terjadi dalam waktu dekat," tambahnya.
Tidak hanya melawan mata uang emerging market, dolar AS juga masih diunggulkan melawan major currencies yang familiar bagi trader forex. Euro dan yen diperkirakan masih akan melemah melawan dolar AS ketika tapering dilakukan, sebab keduanya masih menerapkan suku bunga rendah, lebih rendah dari di Amerika Serikat.
"Kami masih bullish terhadap dolar AS, khususnya melawan mata uang dengan yield rendah, yakni yen dan euro," kata David Adams, kepala strategi mata uang di Morgan Stanley.
Lantas mata uang apa yang diprediksi berjaya melawan dolar AS?
Goldman Sachs memilih poundtserling, bahkan saat tapering akan dilakukan di tahun ini. Analis dari Goldman Sachs memprediksi dalam 3 bulan ke depan poundsterling akan berada di US$ 1,41, dan dalam enam bulanm ke depan di US$ 1,45.
Saat ini, poundsterling berada di kisaran US$ 1,38, artinya dalam 4 bulan ke depan akan naik sekitar 2,2%, dan sekitar 5% dalam enam bulan ke depan.
Cuan tersebut akan menjadi jumbo jika bertransaksi di pasar berjangka (futures).
Jika dilihat dari level saat ini di kisaran US$ 1,3850 hingga ke US$ 1,4500, terjadi kenaikan US$ US$ 0,0650, atau dalam dunia forex disebut 650 pip.
Pip adalah satuan poin terkecil untuk mewakili perubahan harga dalam trading forex. 1 pip dalam poundsterling senilai US$ 10 jika bertransaksi sebesar 1 lot.
Artinya jika mengambil posisi beli poundsterling (GBP/USD) saat ini, dan harga sesuai prediksi Goldman Sachs melesat ke US$ 1,45 6 bulan ke depan, maka cuan yang diperoleh dengan bertransaksi 1 lot sebesar US$ 6.500 atau sekitar Rp 92 juta (kurs Rp 14.250/US$).
Untuk membuka 1 lot kontrak standar dibutuhkan modal yang berbeda-beda tergantung berapa leverage (rasio antara dana si trader sendiri dan dana pinjaman) yang digunakan oleh trader.
Tanpa leverage untuk membuka posisi 1 lot dibutuhkan modal sebesar US$ 100.000. Modal itu tentunya sangat besar, sehingga broker-broker memberikan leverage agar trading menjadi lebih terjangkau.
Di Indonesia sendiri broker pada umumnya menyediakan leverage 1:100, maka jumlah modal yang dibutuhkan atau dikenal dengan margin untuk membuka 1 lot standar adalah 100.000/100 = US$ 1.000.
Dengan asumsi investasi menggunakan modal US$ 10.000, maka cuan yang dihasilkan sebesar 65% saat mengambil posisi beli GBP/USD dengan transaksi 1 lot dalam 6 bulan ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
