Ini Deretan Broker Asing yang Hengkang dari RI, Ada Apa?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
05 September 2021 16:22
Ilustrasi IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar mengenai rencana Citi Indonesia menghentikan bisnis sekuritasnya kian menambah daftar perusahaan sekuritas asing yang hengkang dari Indonesia.

Berdasarkan informasi yang beredar, PT Citigroup Sekuritas Indonesia dikabarkan akan menghentikan layanannya di Indonesia. Dengan begitu, sejak dua tahun terakhir, sejumlah perusahaan sekuritas asing ramai-ramai meninggalkan Indonesia seperti Nomura Sekuritas, Merril Lycnh, Deutcshe Sekuritas, hingga Morgan Stanley Sekuritas Indoneisa (MLSI).

Country Head of Corporate Affairs Citibank Indonesia, Puni A. Anjungsari mengungkapkan, pihaknya belum bisa memberi komentar lebih lanjut mengenai kabar tersebut. Namun, dia memastikan operasional Citibank Indonesia tetap berjalan seperti biasa.

"Kami tidak bisa berkomentar atas spekulasi yang beredar. Citi hingga saat ini masih memberikan layanan kepada nasabah seperti biasa," kata Puni, kepada CNBC Indonesia, Minggu (5/9/2021).

Seperti diketahui, sebelumnya Citibank keluar dari bisnis konsumer di 13 negara, termasuk di Indonesia. Namun, untuk bisnis sekuritas dan fixed income (bisnis instrumen pendapatan tetap, obligasi) masih akan tetap dipertahankan di Indonesia.

Direktur Citigroup Sekuritas Indonesia John Tambunan mengatakan bisnis Citibank yang akan meninggalkan Indonesia hanya Retail Consumer, sedangkan Corporate Banking masih akan beroperasi seperti biasa.

"Citi akan menutup business Retail Consumer bank nya saja, sementara business Corporate Banking nya masih berjalan seperti biasa. [Sekuritas] Masih tetap beroperasi,tapi kalau bisnis fixed income yang handle Citibank Corporate Banking," kata John kepada CNBC Indonesia, Senin (19/4/2021).

Berikut ini sejumlah sekuritas asing yang hengkang dari Indonesia:

1. Merrill Lynch Sekuritas Indonesia

Merrill Lynch resmi menutup bisnis aktivitas perantara pedagang efek atau broker di Indonesia pada 2019.

Menurut catatan CNBC Indonesia, per 11 Juli 2019, perusahaan yang memegang izin perantara perdagangan efek (brokerage) ini tidak lagi melakukan aktivitas jual beli saham.

MLSI merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan perusahaan keuangan kelas dunia BofA Securities atau sebelumnya bernama Bank of America Merrill Lynch. Sebelumnya Merrill Lynch merupakan salah satu investment bank besar yang ada di bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS).

Namun krisis yang terjadi di AS pada 2008 membuat Merril Lynch goyah dan harus menerima kenyataan diakuisisi oleh Bank of Amerika (BoA) pada 1 Januari 2009.

Setelah diakuisisi, pada 2011 Bank of America Merrill Lynch mengintegrasikan divisi korporasi dan investment banking. Lalu pada February 2019, Bank of America Merill Lynch mengumumkan rebranding divisi investment banking mereka menjadi BofA Securities.

Dalam laporan keuangan broker dengan kode ML ini disebutkan, sejak 1 Januari 2019 perusahaan induknya telah diakuisisi oleh Bank of America Corporation. MLSI melanjutkan usahanya sebagai anak usaha Bank of America.

Di Indonesia MLSI berdiri pada tahun 1994, dan mendapatkan persetujuan sebagai penjamin emisi efek dan perantara perdagangan efek dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 8 Januari 1996.

2. Deutsche Sekuritas Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) dari PT Deutsche Sekuritas Indonesia yang berlaku sejak 17 April 2020.

Deutsche Sekuritas mendapatkan SPAB bernomor 236/JATS/BEJ.ANG/12-2024, tangga 9 Desember 2004 dengan kode perdagangan DB dan nomor registrasi 239.

Pada Juli 2019, Deutsche mengajukan rencana pengunduran diri sebagai salah satu Anggota Bursa (AB). Pengunduran diri ini sejalan dengan langkah restrukturisasi masal yang dilakukan oleh induk usahanya Deutsche Bank Group.

Dengan selesainya proses ini, maka kursi AB milik Deutsche dikembalikan kepada bursa dan memperoleh pengembalian sesuai dengan harga nominalnya. Adapun kursi AB tersebut bisa dijual atau dilelang kepada pihak lain atau sekuritas lain yang ingin menjadi anggota bursa (pemegang saham BEI).

Sebelumnya Deutsche Sekuritas yang dipimpin oleh Modestus Reggy Melhen Susanto, mantan jurnalis The Jakarta Post dan bekas analis Panin Sekuritas dan Macquire Group ini mencatat deretan pemegang saham perusahaan yakni DB International (Asia) Limited 14%, Elisabeth Tanzil 1%, dan Deutsche Asia Securities Pte Ltd 85%.

Cabutnya sekuritas ini dari Indonesia sejalan dengan langkah restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan oleh Deutsche Bank AG. Bank asal Jerman ini memutuskan untuk menghentikan bisnis trading saham dan memangkas 18.000 karyawannya sampai dengan 2022 nanti.

Hal itu dilakukan lantaran bank ini terus mengalami kerugian menahun dan memutuskan untuk merampingkan bisnisnya dan hanya berfokus untuk fokus melayani perusahaan di Eropa dan nasabah ritel.

Halaman selanjutnya >>>>>>>>> Nomura & Morgan Stanley

3. Nomura Sekuritas Indonesia

Nomura Sekuritas Indonesia adalah perusahaan efek patungan yang didirikan pada tanggal 11 Desember 1989. Broker dengan kode FG ini memiliki izin usaha sebagai penjamin emisi efek (underwriter) dan brokerage.

Sebagaimana diwartakan CNBC Indonesia, pada 19 Juli 2019, Nomura mengurangi aktivitas bisnis, terutama perantara perdagangan efek (brokerage) di Indonesia.

Berdasarkan penelusuran di website BEI, Nomura Sekuritas Indonesia, seperti ML dan DB, sudah tidak lagi muncul di laman Profil Anggota Bursa.

Mengacu pada laporan keuangan kuartal I 2019, saham perusahaan dipegang mayoritas oleh Nomura Asia Pacific Holdings Co Ltd 80,8% yang berbasis di Jepang, sisanya dimiliki oleh Nomura International (Hong Kong) 11,4%, Nomura Holdings Inc 4,2%, PT Jan Darmadi Investindo 3%, dan PT Santinilestari Lokaprima 0,6%.

Sementara, per akhir Maret 2020, komposisi pemegang saham perusahaan mengalami perubahan. Nomura Securities Singapore Pte Ltd menguasai 96,4%, kemudian PT Jan Darmadi Investindo memegang 3,0% dan PT Santinilestari Lokaprima 0,6%.

Menurut penjelasan di laporan keuangan Nomura tersebut, terdapat peralihan 241.000 saham dengan nominal Rp 241 miliar milik Nomura Asia Pacific Holding Co Ltd, Nomura International (Hongkong) Ltd dan Nomura Holding Inc kepada Nomura Securities Singapore Pte Ltd pada 20 Desember 2019.

Adapun, Jan Darmadi Investindo adalah perusahaan entitas induk terakhir (ultimate parent) dari emiten properti PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) atau JSI, sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan JSI per Maret 2019.

4. Morgan Stanley Sekuritas Indonesia

Morgan Stanley secara resmi sudah mengumumkan untuk menghentikan kegiatan perantara perdagangan efek (PPE) atau brokerage (broker saham) di Indonesia. Dalam keterangan yang disampaikan oleh manajemen MS, perusahaan ini akan tetap memfasilitasi perdagangan efek di Indonesia untuk kliennya, dengan bekerjasama dengan broker lokal.

"Morgan Stanley telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan perantara pedagang efek di Indonesia. Kami akan tetap memberikan akses ke pasar ekuitas Indonesia kepada klien-klien global kami melalui kerjasama dengan mitra-mitra broker lokal berkelayakan," tulis pernyataan tersebut kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/5/2021).

"Riset Morgan Stanley juga akan disediakan dari Singapura. PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia akan tetap melayani klien-klien bank investasi kami di Indonesia."

Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) milik PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia atau dulu bernama PT Morgan Stanley Asia Indonesia terhitung 30 Juni 2021.

SPAB milik Morgan Stanley Indonesia bernomor SPAB-250/JATS/BELANG/04-2012, tertanggal 23 April 2012 dan nomor registrasi 253. Morgan Stanley Indonesia selama ini beroperasi sebagai broker saham kode anggota bursa yakni MS.

BEI menyebutkan hengkangnya broker asing dari Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Morgan Stanley disebabkan karena semakin turunnya pembobotan saham-saham di negara Asean, termasuk Indonesia dalam pembobotan Indeks MSCI.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pembobotan saham-saham di kawasan ini dalam MSCI mulai terdesak oleh saham-saham China, yang juga masih dikategorikan sebagai negara berkembang dalam indeks tersebut.

"Kenapa Morgan Stanley cabut sebaiknya ditanyakan ke mereka secara langsung. Tapi mungkin dengan semakin turunnya weightings Asean (termasuk Indonesia) di MSCI (terdesak China yg masih dianggap emerging countries)," kata Laksono.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular