Akhir Pekan Bursa Asia Ditutup Gak Kompak, Nikkei Meroket 2%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 September 2021 17:02
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (3/9/2021) akhir pekan ini, di tengah antisipasi data tenaga kerja di Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei Jepang ditutup meroket 2,05% ke level 29.128,11, KOSPI Korea Selatan berakhir melesat 0,79% ke 3.201,06, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 0,8% ke posisi 6.126,92.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong, Shanghai Composite China, dan Straits Times Singapura ditutup di zona merah pada hari ini. Hang Seng ditutup merosot 0,72% ke level 25.901,99, Shanghai ditutup melemah 0,43% ke 3.581,73, dan Straits Times berakhir turun 0,16% ke 3.083,85.

Indeks Nikkei Jepang berakhir melesat dan kembali ke level psikologis 29.000 pada hari ini setelah Perdana Menteri (PM), Yoshihide Suga menyatakan tidak akan mencalonkan kembali dalam pemilihan umum (pemilu) November mendatang..

"Saham Jepang sebelumnya berkinerja buruk dalam beberapa bulan terakhir, meskipun pemulihan kinerja keuangan perusahaan Jepang sangat kuat dan satu-satunya alasan yang dapat saya pikirkan adalah rasa stagnasi karena respons pemerintah yang buruk terhadap pandemi," kata Takashi Hiroki, kepala strategi di Monex Securities, dikutip dari Reuters.

Suga dikabarkan menawarkan untuk mengundurkan diri dan membuka jalan bagi pemerintahan baru yang dapat membantu koalisi yang berkuasa memenangkan pemilihan mendatang.

Namun, pengunduran Suga dipandang untuk mengurangi kemungkinan koalisi yang berkuasa akan kehilangan mayoritas stabil dalam pemilihan majelis rendah yang harus diadakan pada November mendatang.

Investor pun juga bertaruh kepada penerus Suga. Siapa pun itu, ada kemungkinan bahwa calon pemerintah berikutnya dapat menyusun paket ekonomi untuk mendukung bisnis dan ekonomi masyarakat yang dilanda pandemi sebelum pemilihan.

Namun, pasar saham Hong Kong dan China pada hari ini ditutup di zona merah, setelah Beijing melayangkan rencana untuk bursa saham baru.

Secara umum, pelemahan pasar saham Hong Kong dan China terjadi karena investor masih merespons negatif dari rilis data aktivitas manufaktur dan jasa China yang mulai melambat pada Agustus.

Data aktivitas sektor jasa China yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Agustus versi Caixin/Markit tercatat merosot ke angka 46,7, dari sebelumnya pada Juli di angka 53,1.

Hal ini menjadikan aktivitas jasa Negeri Panda berkontraksi tajam pada Agustus, karena pembatasan varian Delta mengancam akan menggagalkan pemulihan ekonomi secara luas.

Angka di atas 50 dalam indeks PMI menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah itu menunjukkan kontraksi.

Tetapi, pelemahan pasar saham China hari ini diperberat oleh saham sektor broker, setelah Presiden China, Xi Jinping mengatakan negara itu akan mendirikan bursa saham baru di ibu kotanya, Beijing untuk melayani usaha kecil dan menengah (UKM).

Sementara itu, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS cenderung flat jelang rilis data tenaga kerja periode Agustus versi Departemen Ketenagakerjaan AS pada hari ini yang bakal mempengaruhi arah kebijakan moneter terkait stimulus di Negara Adidaya tersebut.

Kemarin, indeks S&P 500 dan Nasdaq menyentuh rekor tertinggi baru berkat data klaim tunjangan pengangguran yang mengindikasikan adanya pemulihan pasar tenaga kerja.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular