Rupiah Superior! Capai Level Terkuat Dalam 10 Pekan Terakhir

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 September 2021 15:40
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (3/9/2021). Meski tipis, tetapi penguatan hari menandai dominasi rupiah terhadap dolar AS di pekan ini. Dalam 5 hari perdagangan, rupiah hanya melemah sekali saja.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,04%, kemudian menguat 0,14% di Rp 14.250/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.260/US$, menguat 0,07% di pasar spot. Level tersebut merupakan penutupan terkuat dalam 10 pekan terakhir, dan dalam sepekan rupiah mampu menguat 1,08%.

Indeks dolar AS yang terus mengalami tekanan sejak Jumat pekan lalu sempat bangkit pada perdagangan Rabu (1/9/2021) berusaha "menikung" membalikkan arah. Tetapi pada akhirnya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kembali melemah 0,2% di hari Rabu, dan berlanjut merosot 0,24% kemarin. Padahal data klaim tunjangan pengangguran menunjukkan penurunan kemarin.

Hingga Kamis kemarin, indeks dolar AS sudah turun dalam 5 hari perdagangan beruntun. Bahkan jika melihat lebih ke belakangan, dalam 10 hari perdagangan turun sebanyak 9 kali. Artinya dolar AS sedang lemah, letih, dan lesu.

"Klaim tunjangan pengangguran lebih baik dari ekspektasi, tetapi itu tidak membuat pelaku pasar merubah pandangannya, atau laju tapering atau bagaimana rilis data tenaga kerja hari Jumat. Itu masih dalam rentang estimasi," kata Marshall Gittler, kepala riset investasi di BDSwiss, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (2/9/2021).

Penurunan indeks dolar AS bahkan masih berlanjut sore ini, meski tipis 0,04%.

Pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja AS malam ini yang bisa memberikan gambaran kapan bank sentral AS (The Fed) akan melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Hasil survei Reuters menunjukkan data non-farm payrolls (NFP) atau penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian, yang diperkirakan sebanyak 750.000 orang di bulan Agustus. Kemudian tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi 5,2% dari sebelumnya 5,4%. Selain itu ada juga rata-rata upah per jam.

"Melihat pergerakan dolar AS, pelaku pasar kini melihat NFP kemungkinan di bawah ekspektasi, di kisaran 550.000 hingga 600.000," kata Chris Weston, kepala riset di Papperstone, perusahaan pialang di Melbourne yang dikutip Reuters.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Virus Corona Mu Bikin Was-Was 

Saat rupiah sedang kuat-kuatnya, muncul capital outflow yang membatasi penguatan rupiah. Capital outflow terjadi di pasar saham dan obligasi sejak Kamis kemarin. Di pasar saham, kemarin terjadi outflow sebesar Rp 112 miliar, tetapi pada hari ini kembali terjadi inflow. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 245 miliar.

Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan tajam. Kemarin yield SBN tenor 10 tahun naik 5,7 basis poin, menjadi kenaikan pertama setelah turun dalam 7 hari beruntun. Hari ini,I tersebut naik lagi 1 basis poin ke 6,123%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield naik artinya harga sedang turun. Saat harga sedang turun berarti ada aksi jual, dan kemungkinan oleh investor asing. Sehingga terjadi capital outflow di pasar obligasi.

Adanya virus corona varian baru yang disebut Mu membuat investor asing berhati-hati menanamkan modalnya. Apalagi di negara emerging market yang memiliki risiko lebih tinggi, serta vaksinasi yang masih rendah.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), virus corona Mu berpeluang untuk bisa lolos dari kekebalan tubuh jika sebelumnya pernah terinfeksi maupun divaksinasi. Varian ini pertama kali ditemukan di Colombia. Namun saat ini sudah menyebar ke setidaknya 39 negara.

Bagaimana perkembangan ke depannya tentunya akan terus diamati oleh pelaku pasar, sebab penyebaran virus corona delta saja masih berisiko membuat perekonomian global melambat, apalagi jika corona Mu ikut menyebar luas.

Pemerintah Indonesia juga sudah bersiap menghadapi corona Mu. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso mengatakan berdasarkan informasi yang dia dapatkan, saat ini varian Mu tersebut sudah ditemukan di kawasan Asia, yakni di Jepang dan Hong Kong.

"Kami di Bappenas diberi mandat dan ditugasi oleh negara untuk menyusun ini, dan harus mempertimbangkan hal ini. Karena bagaimanapun juga faktor-faktor strategi internasional dan faktor lingkungan harus menghitungkan langkah-langkah itu," jelas Suharso dalam pertemuan dengan media di kantornya, Kamis (2/9/2021).

Oleh karena itu, Suharso dalam paparannya menyebutkan terjadi adanya potensi gelombang ketiga di Indonesia. Namun, pemerintah berharap penularan gelombang ketiga bisa diantisipasi jika masyarakat patuh menjalani protokol kesehatan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular