Jurus Baru Xi Jinping Tarik Perusahaan China IPO
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping akan mendirikan bursa saham baru di ibukota Beijing. Langkah itu diambil agar perusahaan-perusahaan negeri tirai bambu tidak jauh-jauh keluar negeri untuk IPO dan memberikan akses permodalan yang besar secara domestik.
Mengutip Straits Times, bursa saham itu ditargetkan akan membidik perusahaan kelas kecil dan menengah. Ini sekaligus melengkapi dua bursa saham yang dimiliki China sebelumnya di Shanghai dan Shenzhen.
"Kami akan terus mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah yang didorong oleh inovasi dengan memperdalam reformasi Dewan Ketiga Baru dan mendirikan Bursa Efek Beijing sebagai platform utama yang melayani UKM berorientasi inovasi," kata Xi dalam pidatonya.
Lebih lanjut, ini juga disebut-sebut merupakan langkah Beijing dalam meningkatkan porsi pembiayaan ekuitas dari bursa saham sehingga mengurangi pinjaman bank.
"Memperdalam reformasi Dewan Ketiga Baru dan mendirikan Bursa Efek Beijing adalah langkah penting untuk menerapkan strategi pembangunan nasional yang didorong oleh inovasi dan terus menumbuhkan penggerak pembangunan baru," ujar Komisi Pengaturan Sekuritas China dalam sebuah pernyataan setelah pidato.
"Ini juga merupakan langkah penting untuk memperdalam reformasi struktural dari sisi pasokan keuangan."
Sebelumnya otoritas China pada Maret lalu telah memberikan sinyal ini. Dewan Negara China mengambil langkah ini karena Beijing tidak menerima tindakan Amerika Serikat (AS) yang mengancam ingin mendepak beberapa emiten China dari and Wall Street.
China pun cukup tegas dalam menarik beberapa perusahaannya kembali ke dalam negeri. Beberapa perusahaan Negeri Tirai Bambu seperti Didi, TAL, dan New Oriental yang melantai di bursa AS mendapat tekanan dari otoritas China. Mereka dituduh Beijing melakukan pelanggaran data konsumen dengan menyimpan data pengguna di Negeri Paman Sam
Analis menilai bahwa langkah itu merupakan titik terburuk dari hubungan antara AS dan China. Mantan ketua Morgan Stanley Asia Stephen Roach memperingatkan bahwa manuver ini merupakan langkah awal menuju perang dingin.
"Saya seorang optimis bawaan ketika datang ke China. Tapi saya merasa tindakan ini sangat mengganggu," katanya dalam acara "Trading Nation" CNBC International, Juli lalu.
(dru)