
Tiba-tiba JPMorgan Rekomendasikan Obligasi China, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank investasi multinasional asal Amerika Serikat (AS), JPMorgan mulai menghindari saham-saham di pasar modal China, namun mereka mendekati pasar obligasi China dan mulai membelinya.
Analis dari JPMorgan, Joyce Chang percaya bahwa tindakan keras peraturan pemerintah China di bawah Presiden Xi Jinping akan terus memanas dan akan menciptakan tekanan ke kelompok pasar dan industri utama di pasar saham Tiongkok.
"Kami benar-benar merekomendasikan [investor] untuk tetap absen berinvestasi di saham-saham China untuk saat ini," kata Joyce Chang, ketua penelitian global JPMorgan kepada "Trading Nation" CNBC pada Kamis (2/9/2021).
Chang mengantisipasinya bahwa China akan secara aktif menargetkan tindakan kerasnya ke beberapa perusahaan secara bertahap, dan bisa bertahan beberapa bulan lagi.
Regulasi tersebut merupakan bagian dari upaya China yang menggaungkan prinsip "kemakmuran bersama" yang berfokus pada konsumen dan kesejahteraan sosial.
"Kami mempunyai alasan untuk berhati-hati di sini," kata Chang, dikutip dari CNBC International.
Pekan ini, pihak Beijing memanggil perusahaan aplikasi ride-hailing, Didi Global dan Meituan atas perilaku yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut. Hal ini membuat saham Didi ambles hingga 37% selama 3 bulan terakhir, sementara saham Meituan ambruk 19%.
China juga berusaha mengontrol lebih besar dari saham yang terdaftar di bursa China. Presiden Xi Jinping mengatakan dia menginginkan agar bursa saham di Beijing lebih fokus pada entitas kecil dan menengah.
"Pemerintah China telah memperjelas bahwa mereka masih ingin adanya modal asing masuk, tetapi mereka menginginkannya dengan persyaratan mereka dan menginginkannya di bursa saham mereka," tambah Chang.
Langkah berani Beijing yang ingin mengendalikan perusahaan teknologi kuat di China seperti Ant Group Co. Didi Global dan lainnya sempat membuat investor global melarikan diri karena khawatir adanya pengontrolan data yang lebih ketat di China, sementara itu, hubungan dengan Washington juga tetap sulit.
Terlepas dari risiko jangka pendeknya di pasar saham, Chang berpendapat bahwa negara itu secara besar-besaran kurang disukai oleh investor global.
Namun dia percaya dengan membeli obligasi pemerintah China adalah cara yang strategis untuk mendapatkan keuntungan yang lebih terhadap pertumbuhan ekonomi, di saat investor sedang membatasi risiko kerugian yang ditimbulkan akibat penurunan harga saham di bursa China terkait dengan tindakan keras regulasi oleh pemerintah China.
"Cara terbaik untuk masuk ke pasar keuangan China saat ini sebenarnya adalah masuk di pasar obligasi pemerintahnya," kata Chang.
"Obligasi pemerintah China saat ini masih memiliki imbal hasil yang sangat menarik dibandingkan dengan negara-negara lain." tambah Chang.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meski Anjlok 5% Sepekan, Banyak yang Ramal Minyak ke US$ 100
