Semester I, Rugi Hanggar Pesawat Garuda GMFI Turun 72%
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Maintenance, Repair, and Operation (MRO) pelat merah PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 27,44 juta atau setara dengan Rp 397,88 miliar (kurs Rp 14.500/US$) pada semester pertama tahun 2021.
Catatan kerugian tersebut mengalami perbaikan atau turun 72,38% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 99,34 juta (Rp 1,44 triliun).
Berdasarkan laporan keuangan interim kuartal II yang terbit di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan usaha GMFI tercatat turun 28,20% menjadi US$ 114,32 juta (Rp 1,66 triliun) dari periode Juni 2020 sebesar US$ 159,23 juta (Rp 2,31 triliun).
Pendapatan ini terdiri dari pendapatan repair dan overhaul sebesar US$ 79,91 juta yang turun dari semula mencapai US$ 112,64 juta, pendapatan perawatan juga turun menjadi US$ 25,25 juta dari sebelumnya US$ 31,07 juta.
Maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang merupakan induk usaha GMFI masih menjadi klien terbesar perusahaan yang menyumbang lebih dari sepertiga total pendapatan atau mencapai 38,62%, dengan nominal sejumlah US$ 44,16 juta.
Selanjutnya terdapat maskapai lain dari Grup Garuda, Citilink Indonesia, yang berkontribusi US$ 28,06 juta terhadap pendapatan GMFI. Sedangkan pendapatan GMFI dari maskapai Sriwijaya Air adalah sebesar US$ 2,13 juta.
Penurunan kerugian anak usaha hanggar pesawat Garuda Indonesia ini salah satunya diakibatkan oleh hasil dari pengendalian beban usaha dan biaya-biaya lain.
Beban usaha tercatat turun di semua lini dari mulai beban pegawai, beban material, beban subkontraktor hingga beban operasional lainnya.
Beban material tercatat turun signifikan dari semula sebesar US$ 48,05 juta kini berkurang menjadi US$ 28,71 juta, lebih besar lagi adalah beban subkontrak yang turun menjadi US$ 25,62 juta dari sebelumnya US$ 69,77 juta. Sedangkan beban operasional lainnya menyusut menjadi US$ 11,57 juta dari semula US$ 21,75 juta.
Total nilai aset GMFI turun menjadi US$ 495,53 juta dari posisi akhir Desember tahun lalu yang berada di angka US$ 520,85 juta.
Liabilitas perusahaan naik tipis menjadi US$ 735,72 juta. Alhasil perusahaan masih mengalami defisiensi modal pada semester pertama tahun ini, dengan ekuitas tercatat senilai negatif US$ 240,19 juta, naik dari posisi akhir tahun lalu senilai minus US$ 214,03 juta.
Pihak manajemen mencatat bahwa pandemi covid-19 berdampak buruk pada kinerja perusahaan.
"Pandemi Covid-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan, telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki berdampak buruk terhadap pada operasi dan likuiditas grup," tulis pihak GMFI, dikutip CNBC Indonesia dari laman keterbukaan publik (2/9).
Dalam laporan keuangan tersebut disebutkan juga bahwa manajemen grup sudah melakukan berbagai cara untuk menjaga kelangsungan usaha.
"Manajemen Grup bersama dengan Garuda - pemegang saham mayoritas Grup, telah menyusun suatu rencana untuk mengurangi tekanan likuiditas dan untuk memperbaiki posisi keuangannya agar Grup dapat mempertahankan kelangsungan usahanya."
"Pada saat ini, manajemen Grup telah, atau sedang dalam proses, untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan rencana manajemen tersebut," tulis pihak manajemen.
Data BEI mencatat, pada perdagangan Kamis (2/9) di pasar modal, saham GMFI ditutup naik 8,75% ke level Rp 87/saham, dengan kapitalisasi pasar Rp 2,46 triliun.
Dalam sepekan saham ini naik 14,47%, selama sebulan terakhir harganya meningkat 16,00% dan sejak awal tahun masih terkoreksi 43,14%.
(tas/tas)