
Membaik! Rugi Hanggar Pesawat Garuda GMFI di Q1 Berkurang 72%

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Maintenance, Repair, and Operation (MRO) pelat merah PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 8,70 juta atau setara dengan Rp 126,15 miliar (kurs Rp 14.500/US$) pada kuartal pertama tahun ini.
Catatan kerugian tersebut turun 72,19% atau mengalami perbaikan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mana rugi yang diperoleh perusahaan mencapai US$ 31,28 juta (Rp 453,56 miliar.
Penurunan kerugian anak usaha hanggar pesawat PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) ini salah satunya diakibatkan oleh hasil pengendalian beban usaha, yang terpangkas lebih dari setengahnya menjadi US$ 67,69 juta (Rp 981,50 miliar) dari semula sebesar US$ 139,68 juta (Rp 2,02 triliun).
Beban usaha tercatat turun di semua lini dari mulai beban pegawai, beban material, beban subkontraktor hingga beban operasional lainnya.
Beban pegawai tercatat turun 34,38% menjadi US$ 24,52 juta (Rp 355,54 miliar), dengan total gaji dan tunjangan ikut turun menjadi US$ 21,88 juta (Rp 317,26 miliar) dari yang semula mencapai US$ 49,50 juta (Rp 717,75 miliar).
Sepanjang kuartal pertama tahun ini, pendapatan GMFI turun 41,45% menjadi Rp 62,77 juta (Rp 910,16 miliar) dari semula sebesar US$ 107,20 juta (Rp 1,55 triliun).
Pendapatan terbesar diperoleh dari bisnis repair and overhaul sebesar US$ 44,69 juta, disusul oleh perawatan US$ 13,31 juta dan operasi lainnya sejumlah US$ 4,78 juta.
Maskapai Garuda Indonesia yang merupakan induk usaha GMFI masih menjadi klien terbesar perusahaan dengan porsi 39,18% dari total pendapatan atau sebesar US$ 24,59 juta.
Selanjutnya terdapat maskapai lain dari Grup Garuda, Citilink Indonesia, yang berkontribusi US$ 14,95 juta terhadap pendapatan GMFI. Sedangkan pendapatan GMFI dari maskapai Sriwijaya Air adalah sebesar US$ 984,79 ribu.
Nilai aset perusahaan mengalami penyusutan tipis 1,29% menjadi US$ 514,14 juta dari semula sebesar US$ 520,85 juta. Aset ini terbagi menjadi aset lancar sejumlah US$ 292,39 juta sedangkan US$ 221,75 juta sisanya merupakan aset tidak lancar.
Liabilitas perusahaan tercatat mengalami kenaikan tipis menjadi US$ 736,23 juta dari posisi akhir tahun sebesar US$ 734,88 juta. Liabilitas tersebut terbagi menjadi kewajiban jangka pendek sejumlah US$ 502,95 juta, sedangkan kewajiban jangka panjang tercatat sebesar US$ 233,28 juta.
Alhasil perusahaan masih mengalami defisiensi modal pada kuartal pertama tahun ini, dengan ekuitas tercatat senilai negatif US$ 222,09 juta.
Pihak manajemen mencatat bahwa pandemi covid-19 berdampak buruk pada kinerja perusahaan.
"Pandemi Covid-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan, telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas Grup," tulis pihak manajemen GMFI dalam laporan konsolidasi interim, dikutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam laporan keuangan tersebut disebutkan juga bahwa manajemen grup sudah melakukan berbagai cara untuk menjaga kelangsungan usaha.
"Manajemen Grup bersama dengan Garuda - pemegang saham mayoritas Grup, telah menyusun suatu rencana untuk mengurangi tekanan likuiditas dan untuk memperbaiki posisi keuangannya agar Grup dapat mempertahankan kelangsungan usahanya."
"Pada saat ini, manajemen Grup telah, atau sedang dalam proses, untuk mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan rencana manajemen tersebut," tulis pihak manajemen.
Data BEI mencatat, saham GMFI masih stagnan di level Rp 76/saham, dengan kapitalisasi pasar Rp 2,15 triliun. Sebulan terakhir saham GMFI turun 15% dan year to date juga turun 50%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Semester I, Rugi Hanggar Pesawat Garuda GMFI Turun 72%
