Di Depan DPR, Bos Waskita Ungkap Kinerja Keuangan yang Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja keuangan PT Waskita Karya Persero Tbk (WSKT) 'babak belur' dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2019, kinerja pendapatan perusahaan sudah mengalami penurunan. Kondisi lebih buruk terjadi setelah adanya pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.
Hal itu disampaikan Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (1/9/21).
"Dengan adanya pandemi Covid-19, Waskita Karya mengalami penurunan kinerja, baik perolehan nilai kontrak, pendapatan dan posisi keuangan yang alami penurunan sejak 2018," kata Destiawan Soewardjono, Rabu (1/9/21).
Dari sisi pendapatan usaha, Waskita Karya sudah membukukan Rp 48,8 triliun di tahun 2018. Setahun berselang, pendapatan ambles menjadi Rp 31,4 triliun dan tahun 2020 turun lagi menjadi Rp 16,2 triliun. Adapun hingga Juni 2021, pendapatan perusahaan hanya berada di angka Rp 4,7 triliun.
Sementara itu, nilai kontrak baru juga terasa jomplang dari tahun lalu dibanding tahun ini. Pada 2020, Waskita Karya mencatat Rp 27 triliun. Sedangkan di tahun ini hingga Juni 2021 turun menjadi Rp 3,1 triliun.
"Di samping itu rating kredit mengalami penurunan dari -A pada Januari 2020 menjadi -BBB di Oktober 2020 menurunnya progres pekerjaan yang berdampak pada penurunan kolektabilitas yang akhirnya bebani kondisi keuangan," kata Destiawan.
Adapun hingga kini, perusahaan pelat merah tersebut sudah berinvestasi di 19 ruas jalan tol dengan nilai investasi Rp 189 triliun. Total panjang proyek mencapai 1.082 Km, namun yang selesai baru 599,7 Km (55%), sementara yang masuk proses konstruksi sepanjang 482,4 Km (45%).
Di DKI Jakarta, proyek Waskita Karya di antaranya adalah Cimanggis-Cibitung (25Km), Depok Antasari (22 Km), hingga Cinere-Serpong (10 Km). Sementara di Jawa Barat diantaranya adalah Ciawi Sukabumi (54 Km).
Laporan keuangan
Berdasarkan laporan keuangan Juni 2021, WSKT membukukan laba bersih sebesar Rp 33,4 miliar, mampu membalikkan kondisi di periode yang sama tahun lalu yang merugi sebesar Rp 1,32 triliun.
Selama periode Januari hingga Juni 2021, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 4,7 triliun, turun dari periode yang sama tahun lalu Rp 8,03 triliun.
Meski demikian, beban pokok pendapatan juga tak sebesar seperti di tahun sebelumnya menjadi Rp 4,54 triliun dari Rp 6,97 triliun pada semester I-2020. Sehingga, Waskita memperoleh laba bruto sebesar 172,98 miliar.
Dalam keterangan pers kinerja di awal Agustus lalu, Destiawan mengungkapkan, perbaikan kinerja ini merupakan hasil dari strategi bisnis yang komprehensif dengan tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga guna mendukung pembangunan nasional.
"Pencapaian laba bersih didukung oleh keuntungan dari divestasi tol pada triwulan II," kata Destiawan, dalam keterangannya, Kamis (12/8/2021).
Destiawan melanjutkan, sebagai pengembang jalan tol dengan model bisnis recycling asset, perseroan tidak hanya dapat membangun jalan tol baru tapi juga mampu mencatatkan laba melalui pelepasan saham badan usaha jalan tol (BUJT).
Sampai dengan periode 30 Juni 2021, total aset Waskita mencapai Rp 105,34 triliun yang terdiri dari total liabilitas Rp 89,7 triliun, serta total ekuitas perusahaan sebesar Rp 15,6 triliun.
Perseroan membukukan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp 673 miliar. Selain itu, arus kas aktivitas investasi sebesar Rp1,7 triliun dan arus kas aktivitas pendanaan sebesar Rp 34,2 miliar.
Hingga 30 Juni 2021, Waskita meraih nilai kontrak baru sebesar Rp 3,1 triliun. Sekitar 65% dari kontrak baru tersebut berasal dari proyek pemerintah dan BUMN, sementara sisanya berasal dari proyek swasta dan pengembangan bisnis.
Beberapa kontrak yang dimenangkan Waskita antara lain kontrak pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo, pembangunan Pasar Baru Trade Center Bandung, Pembangunan Kampus UIII tahap III, dan penataan Kawasan Pura Besakih.
Pada semester II, Waskita fokus meningkatkan produktifitas operasional dengan beberapa strategi utama seperti perolehan tambahan modal kerja dengan pinjaman yang dijamin Pemerintah, refocusing sumber daya alat dan manusia, serta memperkuat implementasi digitalisasi di seluruh proses bisnis.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang 'Segunung', WSKT Restrukturisasi Utang Cucu Usaha Rp8 T